BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa kejayaannya, Uni Soviet merupakan negara
besar yang banyak berpengaruh di dunia. Kemenangan Uni Soviet dan Amerika
Serikat pada Perang Dunia II menjadikan kedua negara tersebut sebagai negara superpower dan saling bersaing terutama
pada era Perang Dingin. Namun berakhirnya Perang Dingin kemudian menjadi era
kemunduran bagi Uni Soviet. Uni Soviet
akhirnya bubar karena banyak negara-negara bagiannya melepaskan diri dan
menyisakan Rusia. Setelah jatuhnya Uni Soviet, Rusia kemudian menjadi negara yang berdiri pada Desember 1991.[1]
Sebelumnya Uni Soviet memang dikenal sebagai
negara yang multietnis. Namun pada era kejatuhannya, sekitar 100 etnis diberi daerah hak otonomi khusus dan ada pula
wiayah lainnya yang diperbolehkan mendirikan negara merdeka.[2] Salah satu kelompok etnis di Uni Soviet yang
menyatakan ingin berpisah dan mendirikan negara sendiri adalah etnis Chechnya-Ingushetia.
Saat hancurnya Uni Soviet pada 1991, Chechnya menyatakan bahwa mereka tidak lagi bergabung dengan Uni Soviet. Mereka
menyatakan telah mempunyai pemerintahan yang sah, membentuk parlemen baru, dan memproklamasikan kemerdekaan sebagai Republik Chechnya Ichkeria. Namun hingga tahun 2004 kemerdekaan
mereka tidak diakui negara apapun
termasuk oleh Rusia sendiri. Akibatnya kemudian terjadilah konflik bersenjata antara
etnis Chechnya dengan Rusia.[3]
Rusia tidak rela melepaskan
Chechnya karena letak wilayahnya yang strategis sebagai wilayah pertahanan bagi Rusia, yaitu di Pegunungan Kaukasus dan
wilayah Cechnya merupakan daerah jalur pipa minyak
yang juga kaya akan sumber daya alam.[4] Meski memiliki kekayaan sumber daya alam,
selama bergabung dengan Uni Soviet etnis Chechnya tidak mendapatkan kemakmuran
sehingga mereka ingin memisahkan diri dari Rusia yang merupakan penerus Uni
Soviet. Namun adanya kepentingan Rusia di wilayah Chechnya ini mengakibatkan perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia untuk merdeka terus mengalami
hambatan,
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia
dalam mendirikan negara merdeka?
1.3 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu kumpulan konsep
dan teori yang penulis gunakan sebagai dasar dalam menjawab rumusan masalah.
Untuk menganalisa bagaimana perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia dalam
mendirikan negara merdeka penulis menggunakan beberapa konsep dan pendekatan sebagai
berikut:
a. Pengertian
etnis
Menurut
Anthony Smith, komunitas etnis adalah suatu konsep yang digunakan untuk
menggambarkan sekumpulan manusia yang memiliki nenek moyang yang sama, ingatan
sosial yang sama dan beberapa elemen kultural. Elemen-elemen kultural itu
adalah keterkaitan dengan tempat tertentu, dan memiliki sejarah yang kurang
lebih sama. Dari pengertian tersebut bisa
disimpulkan bahwa etnis adalah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan ras,
adat, agama, bahasa, keturunan dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka
memiliki keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah sistem budaya dan
mereka terikat di dalamnya.[5]
b. Teori etnisitas
Terdapat
tiga teori etnisitas yaitu:
·
Primordialisme
Menurut Joseph Rudolf, primordialisme merupakan
fenomena etnis dalam ketegori-kategori sosio-biologis. Kelompok-kelompok sosial
dikarakteristikkan oleh hal-hal seperti wilayah, agama, budaya, bahasa, dan
organisasi sosial yang memang disadari secara objektif sebagai suatu pemberian
dan tidak bisa diubah lagi.
Jadi dapat dikatakan bahwa
hal-hal berkaitan dengan etnisitas seperti ciri fisik, agama, budaya, bahasa,
organisasi sosial, merupakan kodrat.
·
Konstruktivis
Menurut Frederik Barth, etnis adalah hasil proses
sosial yang kompleks yaitu dari hal-hal simbolik yang dilakukan secara terus-menerus dan dibangun oleh
manfaat mitologi, suatu hitungan sejarah dari bahasa, dan pengalaman masa lampau. Dalam hal ini etnis merupakan konsep yang berkembang dari waktu ke waktu dan ruang yang terkait pula dengan struktur ekonomi, politik, dan agama yang muncul dengan konfigurasi
spesifik yang diberi label etnis.
·
Instrumentalis atau strukturalis
Menurut instrumentalis, etnis adalah proses
manipulasi atau mobilisasi politik dan kelompok sosial yang ada sudah tersusun
sebagai etnis. Instrumentalis
melihat identitas etnis
sebagai alat politik, yang digunakan baik oleh perorangan maupun kelompok dalam
rangka mencapai kepentingan mereka. Strukturalis lebih menaruh
perhatian pada proses manipulasi dan mobilisasi politik ketika kelompok sosial
yang ada tersusun atas dasar atribut-atribut etnisitas seperti kebangsaan,
agama, ras, dan bahasa.
c. Segmentasi
etnis merupakan tipe atau jenis dari gerakan etnopolitik. Segmentasi terbagi
menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
·
Ethnocultural
segmentation
Segmentasi etnokultural ini berkaitan dengan
etnisitas atau budaya sudah ada
·
Ethno
class segmentation
Segmentasi kelas etno berkaitan gerakan etnopolitik
yang ditandai dengan adanya kelas atau stratifikasi. Jadi etnopolitik di sini
bertujuan untuk menghilangkan diskriminasi pada kelas etnis tertentu.
·
Ethno
territorial segmentation
Segmentasi etnoteritorial berkaitan dengan adanya
perasaan memiliki teritorial atau wilayah tertentu sehingga gerakan etnopolitik
di sini berjuang untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali wilayah mereka
·
Ethno
class territorial segmentation
Segmentasi
kelas etnoteritorial berkaitan dengan gerakan etnopolitik yang berjuang untuk
memperjuangkan kelas etnisnya dalam suatu wilayah tertentu
d. Jenis
perjuangan etnis dapat dibedakan berdasarkan cakupan wilayahnya. Jenis
perjuangan etnis berdasarkan cakupan wilayah adalah:
·
Etnoregional
Kelompok etnoregional ini berjuang dalam suatu
wilayah tertentu. Biasanya mereka memperjuangkan kepentingan bagi wilayahnya,
misalnya menuntut hak-hak khusus bagi daerahnya atau otonomi daerah dari
pemerintah pusat
·
Etnonasional
Kelompok etnonasional merupakan gerakan etnis yang
bertujuan untuk membentuk negara sendiri atau memisahkan diri melalui gerakan
separatis
e. Bentuk
gerakan etnopolitik berdasarkan cara beroperasinya terbagi menjadi dua macam
yaitu:
·
Non
violence atau tanpa kekerasan. Gerakan etnopolitik tanpa
kekerasan biasanya dilakukan dengan cara damai seperti demonstrasi, menggunakan
media massa, negosiasi
·
Violence
atau
kekerasan. Gerakan etnopolitik dengan cara kekerasan misalnya melalui konflik
bersenjata atau perang
f. Etnisitas
dalam politik
Terdapat
dua pandangan tentang etnisitas dalam politik sebagai berikut:
·
Interest
group
Menurut pandangan ini, gerakan etnis merupakan
kelompok yang memiliki kepentingan yang ingin dicapai, dan untuk memperjuangkan
kepentingan tersebut kelompok etnis tersebut menggunakan jalur politik yang
berdampak pada akses kekuasaan bagi kelompok tersebut
·
Political
group
Menurut pandangan ini, suatu kelompok etnis sudah mempunyai
kekuasaan politik dalam suatu negara sehingga kelompok tersebut hanya perlu
mempertahankan apa yang sudah dimiliki
g. Respon
pemerintah dan kelompok etnis dalam etnopolitik
Secara
umum respon pemerintah terhadap etnopolitik adalah sebagai berikut:
·
Akomodatif
Pada
pemerintah yang akomodatif, pemerintah memberikan respon positif pada gerakan
etnopolitik, misalnya dengan memberikan otonomi dan kebebasan bagi etnis di
wilayah tertentu. Pada kasus etnoclass pemerintah bisa menjadi mediator bagi
etnis-etnis yang berkonflik
·
Non akomodatif
Pemerintah yang
non akomodatif berarti pemerintah tidak memberikan respon positif terhadap
gerakan etnopolitik, misalnya pemerintah menolak memberikan hak otonomi bagi
suatu etnis atau melakukan tindakan kekerasan pada suatu etnis
Sedangkan respon dari kelompok
etnis tergantung dari tipe etnopolitik mereka yaitu:
·
Etnoteritorial
Pada tipe gerakan etnoteritorial ini lebih
berhubungan dengan cara kelompok ini beroperasi, sehingga tanggapan atau respon
dari gerakan ini lebih pada perubahan metode gerakan
·
Etnoclass
Pada tipa gerakan etnoclass peran pemerintah lebih
pada mediator sehingga tanggapan dari etnis yang berkonflik adalah berusaha
mencari kesepakatan atau titik temu diantara mereka
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
Etnis Chechnya-Ingushetia
Chechnya-Ingushetia adalah etnis yang mayoritas beragama Islam dan tinggal di daerah Kaukasus Utara yang
termasuk wilayah Rusia. Chechenia dan Ingushetia adalah wilayah administratif Rusia yang terpisah sampai 1934, lalu bergabung
dengan pemerintah Soviet dalam wilayah Otonomi Republik
Chechnya-Ingush. Pada 1989 populasi gabungan antara Chechnya-Ingush
diperkirakan sebesar 1.194.317
jiwa, terdiri dari 237.438
dari Ingushetia dan 956.879 dari
Chechnya. Angka ini termasuk masyarakat Chechnya-Ingushetia yang ada di Yordania, Turki, dan Suriah dalam pertengahan abad
kesembilan belas yang melarikan diri saat perang dengan Rusia di Kaukasus.[6]
Bahasa yang digunakan etnis Chechnya
dan Ingushetia berbeda satu sama lain meski di daerah mereka kedua bahasa tersebut
tetap digunakan. Invasi di Kaukasus menyebabkan adanya dominasi Rusia
dan perginya orang-orang Chechnya dan Ingushetia selatan ke Turki,
Yordania, dan Suriah. Selama delapan belas dan kesembilan
belas abad, Chechnya dan Ingushetia dikonversi dari agama animisme
tradisional mereka menjadi Islam, yang dianggap langkah yang dimotivasi
kemungkinan politik. Hal ini diyakini bahwa ada kelompok
membuat konversi untuk menyesuaikan diri untuk mempertahankan Kaukasus
dari Rusia. Saat ini Islam adalah agama mayoritas penduduk dan
telah menjadi kunci elemen dalam identitas etnis mereka.[7]
2.2 Sejarah
Perjuangan Etnis Chechnya-Ingushetia
Selama
bergabung dengan Uni Soviet, etnis Chechnya banyak mengalami penindasan dan
ketidakadilan. Oleh karena itu perjuangan etnis Chechnya sebenarnya sudah
dimulai sejak masih berada dalam naungah Uni Soviet hingga menjadi Rusia
seperti sekarang ini. Perjuangan etnis Chechnya ini terbagi dalam enam periode
yaitu:[8]
a.
Periode Pertama
Periode ini
terjadi pada sekitar abad 16 dan17. Pada
saat itu Moskow bermaksud untuk meluaskan pengaruhnya di bidang politik dan
ekonomi. Penduduk dan pemimpin Chechnya rupanya tertarik dengan pendekatan
Moskow tersebut dan mulai mengakui dengan sukarela kekuasaan Moskow atas
wilayah mereka.
b. Periode
Kedua
Masa ini terjadi pada abad 18, yaitu adanya ekspansi militer
pertama Rusia ke wilayah utara pegunungan Kaukasus. Pada masa itu bangsa Chechnya mulai
membangkitkan perlawanan bersenjata untuk memperjuangkan kebebasan dan
kemerdekaan mereka. Gerakan anti kolonial dari Chechnya biasanya dilakukan oleh
orang dari golongan bawah yang merasakan adanya ketidakadilan dalam pemerintahan.
c. Periode
Ketiga
Hubungan antara bangsa Rusia dan Chechnya semakin buruk pada abad 19. Saat itu pasukan perlawanan Chechnya dinilai
berhasil menyatukan sebagian besar bangsa Chechnya dalam
kesatuan. Kelompok
perlawanan Chechnya ini sempat berunding dengan pihak Rusia untuk membahas
perdamaian namun gagal. Tahun 1828 pun terjadi perang Kaukasia. Perlawanan kelompok Chechnya
ini mulai dipengaruhi oleh semangat jihad.
Pada tahun 1859, Chechnya
mengalami kekalahan
sehingga rakyat
Chechnya berada di bawah kekuasaan administrasi militer Moskow meski mendapatkan hak otonomi dalam permasalahan
regional. Ketika Perang Dunia I pecah, Rusia menggunakan bangsa Chechnya sebagai tentara sehingga mendapat keuntungan karena jumlah penduduk Chehcnya semakin berkurang dan
mengurangi daya juang mereka. Hal ini lalu membuat bangsa Chechnya mulai bergolak lagi, dan
ditanggapi secara keras oleh Rusia dengan menghilangkan,
mengasingkan, dan mengusir para pemimpin perlawanan.
Kegagalan perlawanan Chechnya ini juga
karena adanya pengaruh dari konflik
internal antar pemimpin Chechnya yang menginginkan kekuasaan dan pengaruh pada rakyat Chechnya sendiri. Perlawanan kaun separatis Chechnya biasanya
berasal dari golongan Islam garis keras
berusaha memisahkan diri dari Rusia selalu mendapat perlawanan dari pihak Chechnya sendiri yang pro-Rusia, yang biasanya
berasal dari golongan sekuler maupun kaum agamis yang tradisionals.
d. Periode
Keempat
Periode keempat dimulai pada akhir abad ke-19. Saat itu secara konstitusional Chechnya merupakan bagian dari Rusia dan tetap mengalami perlakuan yang
tidak adil. Pemerintah Rusia kemudian mulai berpikir bahwa kekerasan tidak akan berhasil
mengatasi masalah separatisme
sehingga yang diperlukan adalah
sosialisasi kebudayaan Rusia di Chechnya dengan mendirikan sekolah Rusia yang secara tidak langsung membuat orang-orang Chechnya untuk lebih
memfokuskan diri pada perekonomian daripada perang. Masa ini juga
dikenal sebagai masa damai yang karena kondisi pemerintahan yang mulai melonggarkan
peraturan pendudukan etnis yang menandakan gerakan liberalisasi sistem sosial. Para pemuka
Chechnya pun mencoba berkompromi dengan membiarkan pembangunan
berjalan terus dan mengikutsertakan pejuangnya untuk membantu Rusia dalam perang, walau
perlakuan diskriminatif terhadap etnis mereka terus terjadi.
e. Periode
Kelima
Pada periode ini rakyat Chechnya terbagi menjadi tiga kubu yaitu:
a.
Kubu
Nasionalis yang ingin Chechnya bergabung dalam Uni Soviet (Komunis).
b.
Kubu
Nasionalis Demokrat yang ingin
bergabungnya orang-orang gunung dan tetangga Barat mereka bersama bangsa Chechnya untuk
membentuk negara.
c.
Kubu
Nasionalis radikal yang merupakan kelompok Islam dan ingin
Chechnya bergabung
dengan Turki.
Bentuk perjuangan
rakyat Chechnya mulai beragam seperti dengan usaha membentuk sebuah negara
teokratik merdeka juga pembentukan sebuah negara yang lebih sekuler (Republik Mountaineers pada tahun 1918). Walau kedua ide itu
gagal, namun pihak Chechnya lain akhirnya memutuskan umtuk mengabdikan diri
pada Uni Soviet yang menjanjikan kebebasan, persamaan, tanah,
dan kekuasaan bagi mereka namun pada
kenyataannya, janji Uni Soviet tidak pernah terwujud.
Etnis Chechnya-Ingushetia akhirnya angkat senjata lagi pada masa rezim Joseph Stalin. Kekacauan dan kerusuhan
semakin berubah menjadi perang gerilya. Pada masa Stalin terjadi praktik genosida dan pengusiran kepada beberapa petinggi Chechnya.
Setelah masa Stalin, muncul pemikiran untuk
membangkitkan lagi Republik Mandiri Sosialis Soviet
Chechnya-Ingush, sebagai salah satu negara satelit Uni Soviet. Pejuang-pejuang lama yang dulu dibuang kembali lagi namun
Republik Mandiri Sosialis Soviet Chechnya-Ingushetia tidak pernah diwujudkan juga.
Pada tahun
1960-an, muncul keberanian dari sebagian warga Chechnya untuk mengirim surat
kepada Central Committee Partai
Komunis di Moskow yang mengkritik sikap pemerintah daerah mereka terhadap
kehidupan bermasyarakat dan berbudaya mereka. Tapi pemerintah Uni Soviet tidak
memberi respon positif. Pemerintah Uni Soviet malah melancarkan aksi etnosida
untuk mematikan unsur dasar kehidupan suku bangsa Chechnya-Ingushetia, serta menimbulkan trauma bagi mereka.
Chechnya-Ingushetia yang
merasa diperlakukan tidak baik oleh
Uni Soviet kemudian membentuk gerakan pemberontakan yang semakin memuncak
pada masa disintegrasi Uni Soviet tahun 1991 dan etnonasonalisme Chechnya-Ingushetia baru pun muncul.
f. Periode
Keenam
Pada masa perestroika Gorbachev, Uni Soviet yang hancur memancing perang kemerdekaan baru bagi
bangsa Chechnya-Ingushetia. Dipimpin oleh Jenderal
Dzhokhar Dudayev, ibukota Grozny direbut pada tahun 1991. Proklamasi mereka
diumumkan, namun tetap tidak diakui presiden Rusia terpilih, Boris Yeltsin.
Dudayev yang meninggal akibat serangan roket tahun 1995, digantikan oleh Aslan
Mashkadov yang terpilih pada 1997. Pada awal tahun 1999, ia menjadikan Syariah
Islam sebagai hukum negara, yang memicu perpecahan di dalam gerakan perlawanan
Chechnya sendiri.
Bentuk pergerakan Chechnya rupanya dilakukan dengan aksi kekerasan seperti bom
bunuh diri di kota-kota besar Rusia sehingga banyak pihak yang
menganggap mereka sebagai gerakan terorisme. Pada masa Vladimir
Putin berkuasa, Rusia menerapkan tindakan keras terhadap etnis Chechnya-Ingushetia, seperti dengan memerintahkan perang dan pembumi hangusan daerah
pertikaian, sehingga
banyak rakyat sipil yang terbunuh dan mengungsi.
Kemudian pada Maret tahun 2003 telah disetujui untuk mengadakan
referendum untuk menentukan nasib Chechnya sebagai negara bagian yang merdeka dan akan bergabung ke dalam Federasi Rusia. Referendum tersebut akhirnya menyetujui dibuatnya
konstitusi baru bagi rakyat Chechnya.
Bulan Oktober pada tahun 2003 Ahmad Kadirov terpilih
menjadi presiden
Chechnya namun ia juga terbunuh. Terbunuhnya Presiden Chechnya ini
kembali membawa suasana buruk antara Chechnya-Ingushetia dengan Rusia, ditandai merebaknya aksi teror di
Rusia.
Pemerintah Rusia pun melakukan
tindakan tegas terhadap teroris Chechnya-Ingushetia dan hal
ini justru mengakibatkan banyak korban sipil yang membuat Rusia menerima banyak
kritikan.
2.3 Analisa
Keberadaan etnis Chechnya-Ingushetia ini dapat dianalisa dengan menggunakan salah teori
etnisitas, yaitu pandangan
insrumentalis. Menurut
kaum
instrumentalis, etnis adalah proses manipulasi atau mobilisasi politik dan
kelompok sosial yang ada sudah tersusun sebagai etnis. Instrumentalis melihat identitas etnis sebagai alat politik, yang digunakan baik
oleh perorangan maupun kelompok dalam rangka mencapai kepentingan
mereka. Strukturalis lebih menaruh
perhatian pada proses manipulasi dan mobilisasi politik ketika kelompok sosial
yang ada tersusun atas dasar atribut-atribut etnisitas seperti kebangsaan,
agama, ras, dan bahasa.
Etnis
Chechnya-Ingushetia
merupakan etnis yang terbentuk dari proses sosial yang panjang. Hal ini dapat dilihat dari sejarah mereka. Pada awalnya etnis Chechnya-Ingushetia merupakan etnis yang
tinggal di Kaukasus Utara dan mereka menganut animisme. Namun adanya invasi Rusia di Kaukasus menyebabkan etnis Chechnya dan
Ingushetia melarikan diri ke negara timur tengah seperti ke Turki,
Yordania, dan Suriah. Hal ini membuat etnis Chechnya-Ingushetia yang sebelumnya
menganut animisme mulai berpindah ke agama Islam. Hingga saat ini Islam adalah agama mayoritas etnis Chechnya-Ingushetia dan telah menjadi identitas etnis mereka. Perubahan identitas
etnis Chechnya-Ingushetia menjadi etnis muslim ini merupakan suatu bentuk kepentingan politik dari kelompok tertentu untuk
mempertahankan wilayah Kaukasus dari Rusia.
Hal ini terbukti dari
pemimpin kelompok perlawanan Chechnya-Ingushetia yang ingin mendirikan negara berbasis
syariah Islam dan mendasarkan gerakan perlawanannya dengan semangat jihad. Dengan adanya
identitas etnis Chechnya-Ingushetia sebagai etnis
muslim, para pemimpin dari etnis Chechnya-Ingushetia yang beragama
Islam mulai memobilisasi rakyatnya yang juga didominasi oleh orang-orang Islam
untuk mendukung perjuangan mereka dalam mendirikan negara merdeka yang
berlandaskan syariah Islam sebagai dasar negara. Sedangkan para pemimpin etnis Chechnya-Ingushetia yang sekuler
ataupun yang menganut agama tradisional lebih cenderung ingin tetap bergabung
dalam Federasi Rusia. Pihak sekuler ini pun berupaya untuk memobilisasi rakyat Chechnya-Ingushetia sesuai
kepentingannya.
Berdasarkan konsep segmentasi etnis atau tipe
gerakan etnopolitik, perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia ini
tergolong ke dalam ethno territorial
segmentation, yaitu segmentasi etnis yang berkaitan dengan perasaan
memiliki daerah tertentu. Etnis Chechnya-Ingushetia yang
merupakan etnis yang bertempat tinggal di daerah Kaukasus Utara merasa bahwa
daerah tersebut merupakan wilayah miliknya, sementara Rusia yang memiliki
kepentingan dan bisa mendapat keuntungan tertentu dari wilayah Kaukasus Utara
tidak ingin kehilangan wilayah tersebut. Etnis Chechnya-Ingushetia selama
bergabung dengan Uni Soviet selalu mendapat perlakuan tidak adil dan justru
tidak mendapat keuntungan dari kekayaan alam di wilayah miliknya sendiri
sehingga pada era kehancuran Uni Soviet, etnis Chechnya-Ingushetia
menggunakan kesempatan tersebut untuk melepaskan diri dan tidak ingin bergabung
dengan Federasi Rusia.
Berikutnya
jenis perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia berdasarkan cakupan
wilayahnya dapat digolongkan dalam
etnonasionalisme karena tujuan dari perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia sendiri
yang ingin memisahkan diri dari Federasi Rusia.
Berdasarkan
bentuk gerakan etnis, Chechnya-Ingushetia melakukan aksinya dengan
dua macam cara, yaitu dengan kekerasan dan cara non-kekerasan. Pada awal
pergerakan etnis Chechnya-Ingushetia berperang dengan Rusia
untuk memperjuangkan kemerdekaannya hingga beberapa periode. Namun pada periode
ketiga etnis Chechnya-Ingushetia mau melakukan perundingan secara damai dengan Rusia
namun tidak mendapat kesepakatan dan kembali melanjutkan perang. Pada periode
keempat, etnis Chechnya-Ingushetia melakukan aksi damai karena
mau berkompromi dengan Rusia yang saat itu gencar menjalankan program
pembangunan di wilayah Chechnya-Ingushetia. Masa damai ini masih
terjadi hingga periode kelima walau etnis Chechnya-Ingushetia tetap
memperjuangkan keinginannya. Pada masa ini etnis Chechnya-Ingushetia terbagi
menjadi beberapa kubu kepentingan dan berjuang untuk mendirikan republik
sekuler namun tetap gagal.
Pada akhirnya
etnis Chechnya-Ingushetia kembali menggunakan cara kekerasan dalam
memperjuangkan kepentingannya sejak masa Stalin karena pemerintah Rusia pada
masa it uterus melakukan aksi kekerasan terhadap etnis Chechnya-Ingushetia meski
kemudian diadakan referendum namun ternyata tetap tidak memberi hasil yang
baik. Sejak itu etnis Chechnya-Ingushetia memilih tetap menggunakan
cara kekerasan hingga label teroris melekat pada etnis ini.
Kemudian berdasarkan konsep etnisitas dalam
politik, etnis Chechnya-Ingushetia merupakan interest
group atau kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan merupakan kelompok yang
memiliki kepentingan yang ingin dicapai melalui jalur politik yang berdampak
pada akses kekuasaan. Etnis Chechnya-Ingushetia memiliki
kepentingannya untuk dapat mendirikan negara merdeka, dan dalam memperjuangkan
keinginannya tersebut etnis Chechnya-Ingushetia juga
melakukan diplomasi politik dengan Rusia. Tujuan utamanya tentu untuk
mendapatkan akses kekuasaan karena selama ini etnis Chechnya-Ingushetia selalu
diperlakukan tidak adil dan ingin
mempunyai otoritas untuk membentuk pemerintahannya sendiri.
2.4
Respon Pemerintah Rusia Terhadap Perjuangan Etnis Chechnya-Ingushetia
Respon Rusia pada etnis Chechnya-Ingushetia cenderung sangat keras karena pemerintah Rusia pada awalnya
berusaha mempertahankan wilayah Kaukasus Utara dengan cara perang atau
kekerasan. Namun pada periode keempat Rusia mulai berpikir untuk mengubah
strateginya menjadi lebih akomodatif, yaitu dengan menjalankan program pembangunan bagi etnis Chechnya-Ingushetia. Etnis Chechnya-Ingushetia sempat menerima program tersebut dan
menghentikan perang selama beberapa waktu, namun pada masa Josef Stalin, Uni
Soviet menjalankan pemerintahannya dengan keras sehingga terus menekan etnis Chechnya-Ingushetia dengan cara
pengusiran, pembuangan, bahkan melakukan pembersihan etnis.
Pada masa
Presiden Boris Yeltsin, ia membawa isu separatisme Chechnya-Ingushetia
dalam kampanyenya pada 1990 dengan janji akan segera
diselesaikan. Penyelesaian yang dilakukan Yeltsin adalah dengan
menciptakan peraturan hokum baru. Peraturan hukum baru ini
dicanangkan oleh Yeltsin dan Ruslan
Khasbulatov pada 31 Maret 1992 yaitu Perjanjian Federasi yang disetujui oleh 86 dari 88 subyek
federal. Mayoritas subyek federal yang menyetujui perjanjian ini merelakan
otonomi luas atau kemerdekaan, dengan digantikan otonomi daerah dan hak-hak
perpajakan khusus. [9]
Dua subyek federal yang tidak menanda-tangani perjanjian ini adalah Chechnya dan Tatarstan.
Pada tahun 1994, Yeltsin dan
presiden Tatarstan, Mintimer
Şäymiev menandatangani perjanjian
khusus yang memberikan Tatarstan otonomi luas. Tinggal Chechnya yang belum meyetujui sebuah perjanjian. Negosiasi antara Presiden
Yeltsin dan Chechnya juga tidak
berhasil sehingga tetap terjadi konflik bersenjata.[10]
Pada tahun 2003
pemerintah Rusia mengadakan referendum untuk menentukan nasib Chechnya-Ingushetia,
namun cara ini tetap gagal dalam mewujudkan perdamaian antara Rusia dengan Chechnya-Ingushetia. Akhirnya pada masa
Vladimir Putin, Rusia juga terus menekan etnis Chechnya-Ingushetia dengan
cara kekerasan dan menganggap mereka sebagai teroris yang harus diberantas.
2.5
Respon Kelompok Etnis Chechnya-Ingushetia
Etnis Chechnya-Ingushetia sejak
masa awal pergerakannya selalu menggunakan cara kekerasan untuk melawan
pemerintah Uni Soviet yang terkenal sangat otoriter termasuk saat melawan Rusia
seperti sekarang ini. Namun etnis Chechnya-Ingushetia juga bersedia memberi respon positif
dengan berpartisipasi dalam dialog perdamaian dari Uni Soviet maupun Rusia.
Namun sayangnya dialog perdamaian dan referendum yang diadakan tidak membawa
perubahan positif bagi etnonasionalis Chechnya-Ingushetia sehingga mereka kembali menggunakan
cara kekerasan untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Rusia yang selalu menekan Chechnya-Ingushetia
dengan cara kekerasan membuat etnis ini memilih berjuang dengan cara radikal.
BAB
3. KESIMPULAN
Adanya
etnis Chechnya-Ingushetia tidak terlepas bentukan dari sejarah
panjang dan proses sosial yang mereka alami. Adanya perang dengan Rusia membuat
etnis Chechnya-Ingushetia melarikan diri ke Timur Tengah dan mengalami
islamisasi, sehingga Islam kemudian menjadi identitas etnis mereka. Para elite dari etnis Chechnya-Ingushetia lalu menggunakan
identitas etnis ataupun atribut etnisitas tersebut untuk melakukan mobilisasi
politik. Selain itu adanya ketidakadilan dan tindakan represif dari
Rusia membuat etnis ini memberontak dan mendirikan gerakan etnonasionalis. Bentuk perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia sebagian besar melalui cara kekerasan,
namun mereka juga bersedia melakukan cara non-kekerasan namun tetap gagal
mewujudkan kemerdekaannya. Perjuangan etnis
Chechnya-Ingushetia tetap
berlangsung hingga kini dan masih mengalami hambatan karena Rusia yang memiliki
banyak kepentingan di wilayah Kaukasus Utara tetap tidak ingin melepas wilayah
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
Levinson, David. 1994. Ethnic
Relations A Cross Cultural Encyclopedia. California: ABC-CLIO, Inc
Internet
Iskandar. 2011. Etnis dan Suku Bangsa. Dari http://iskandarberkastasudra.blogspot.com/2011/11/etnis-suku-bangsa.html
(diakses 6 April 2013 jam 21:56)
Wikipedia. 2013. Chechnya. Dari http://id.wikipedia.org/wiki/Chechnya
(diakses 31 Mei 2013 jam 8:28)
--------------.2013. Sejarah Chechnya. Dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Chechnya&oldid=6700399 (Diakses
31 Mei 2013 jam 8:23)
--------------.
2013. Perang Chechnya I. http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Chechnya_I
(Diakses 31 Mei 2013 jam 8:36)
[2] Ibid,.
[3]Wikipedia. 2013.
Chechnya. Dari http://id.wikipedia.org/wiki/Chechnya http://id.wikipedia.org/wiki/Chechnya
[4]Wikipedia. 2013. Sejarah Chechnya. Dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Chechnya&oldid=6700399
[5]Iskandar.
Etnis dan Suku Bangsa. Dari http://iskandarberkasta-sudra.blogspot.com/2011/11/etnis-suku-bangsa.html
[6] Levinson, David. 1994. Ethnic
Relations: Encylopedia Accross
Culture. California: ABC-CLIO, Inc. Hal 43-45
[7] Ibid,.
[8] Wikipedia. 2013. Sejarah
Chechnya. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Chechnya&oldid=6700399
[9] Wikipedia. 2013. Sejarah
Chechnya. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Chechnya&oldid=6700399
coba komentar
BalasHapusМое свидетельство Всем привет. Я здесь, чтобы засвидетельствовать, как я получил ссуду от г-на Бенджамина Ли после того, как несколько раз обращался за помощью к различным кредиторам, которые обещали помочь, но так и не дали мне ссуду. Пока мой друг не представил меня г-ну Бенджамину Ли, он пообещал помочь мне, и он действительно сделал то, что обещал, без каких-либо задержек. Я никогда не думал, что есть еще надежные кредиторы, пока не встретил г-на Бенджамина Ли, который действительно помог с ссудой и изменил мою веру. Я не знаю, нужна ли вам настоящая и срочная ссуда. Не стесняйтесь обращаться к г-ну Бенджамину Ли через
BalasHapusWhatsApp: + 1-989-394-3740
Электронная почта: 247officedept@gmail.com.
{ЖЕЛАЮ ВАМ ВСЕХ ЛУЧШИХ ДРУЗЕЙ}