Halo. Numpang curcol sedikit. Beberapa hari ini aku sebagai
mahasiswa freshgraduate tidak berguna telah berstatus sebagai job seeker. Baru
beberapa hari, dan tentu saja belum membuahkan hasil, mengingat ijazah juga
belum diberi. Tapi pengalaman beberapa hari mencari kerja tadi sepertinya boleh
juga untuk dibagi.
Mengenai
mencari kerja, ada hal menarik yang aku temui. Tadi sore aku melihat sebuah
iklan lowongan kerja dari salah satu perusahaan minyak di Indonesia. Perusahaan
itu membuka lowongan bagi freshgraduate alias sarjana. Ada salah seorang
commenters (yang entah namanya siapa) mengeluhkan kalau lowongan-lowongan
pekerjaan itu hanya bagi yang sarjana, sedangkan bagi dia yang punya pengalaman
kerja tapi tidak sarjana tidak bisa mendaftar. Tidak hanya satu commenters,
tapi ada satu dua orang lainnya yang berkomentar senada.
Melihat
komentar itu rasanya ingin tertawa. Tertawa miris lebih tepatnya. Dia punya
pengalaman bekerja tapi tidak sarjana. Sedangkan aku? Aku adalah sarjana, tapi
tidak punya pengalaman kerja, jadi sama saja tidak bisa mendaftar ke lowongan
tersebut.
Dalam
beberapa hari aku rajin membuka koran dan internet, termasuk berkeliling ke
berbagai tempat di mana iklan lowongan kerja ditempel, ada beberapa kesimpulan
yang bisa diambil,yaitu:
1.
Rata-rata lowongan pekerjaan yang tersedia
adalah sales dan marketing
Sejauh yang aku temukan, 80% lowongan yang
terpampang nyata itu sebagian besar adalah perusahaan yang membutuhkan sales
yang sepertinya harus keliling ke mana-mana untuk menawarkan barang. Terbanyak
kedua adalah marketing atau agen pemasaran (aku nggak tahu apa bedanya dengan
marketing). Kedua jenis pekerjaan itu tidak bisa aku ambil karena tidak sesuai
dengan latar belakang ilmuku. Selain itu aku juga nggak punya relasi yang luas,
jadi intinya kedua jenis pekerjaan tadi harus dicoret dari daftar.
Lowongan
terbanyak ketiga adalah akuntan dan juga admin, yang biasanya terkait dengan
keuangan. Jadi kedua jenis tadi berhubungan dengan keuangan, dan jelas harus dicoret
pula. Lagipula aku paling nggak bisa menghitung.
Lowongan
berikutnya adalah desain grafis. Banyak sekali perusahaan yang membutuhkan
orang yang ahli photoshop. Bahkan admin les kursus bahasa juga mensyaratkan
kemampuan phostoshop, entah apa hubungannya.
Lowongan
lain-lain biasanya guru bahasa Inggris untuk anak-anak. Agak ragu-ragu mau
mengambil pekerjaan itu karena tidak pernah mengajar.., ada juga satu lembaga
kursus yang cukup terkenal yang juga mencari guru bahasa Inggris. Tapi
sayangnya mensyaratkan pengalaman hidup di luar negeri. Gagal lagi.
2.
Kebanyakan lowongan mensyaratkan pengalaman
kerja, jarang ada lowongan bagi freshgraduate
Ada beberapa jenis pekerjaan yang
sebenarnya aku mampu, persyaratan memadai, tapi terganjal karena tidak adanya
pengalaman bekerja sebelumnya. Sayang sekali. Sekalipun ada lowongan
freshgraduate, biasanya tidak sesuai jurusan kuliah.
3.
Lebih mudah mencari jenis pekerjaan yang tidak
mensyaratkan keahlian tertentu
Kebanyakan lowongan yang terpampang di
mana-mana adalah pekerjaan kasar, misalnya penjaga toko, pelayan kafe, supir,
dll. Yang aku maksud ‘kasar’ di sini adalah jenis pekerjaan yang nggak
mensyaratkan pendidikan tinggi. Biasanya mereka menerima orang-orang lulusan SD
sampai SMA saja. Yang lulusan S1 tapi menganggur dan tidak punya potensi karena
tergolong biasa-biasa, biasanya tetap nggak dipilih karena bos memprioritaskan
mereka yang cuma lulusan sekolah. Walhasil, menganggurlah kami para sarjana
tidak berguna ini. Perusahaan besar nggak menerima,... yang kecil apalagi.
Selain berbagai kendala di atas,
ada hal lain yang aku amati. Secara umum, berbagai lowongan pekerjaan
kebanyakan hanya tersedia bagi lulusan ekonomi, akuntansi, psikologi, IT,
desain, pajak, komunikasi, sastra, dan administrasi. Mungkin agak jarang
lowongan untuk jurusan yang berkaitan dengan ilmu politik seperti aku. Sejauh
ini aku nggak pernah menemukan lowongan untuk jurusan Hubungan Internasional.
Bahkan Kedubes AS di Indonesia mencari tenaga IT, bukan lulusan HI.
Jadi berpikir, apa sih gunanya
ilmuku? Toh, di dunia kerja nggak dibutuhkan. Mana ada perusahaan yang butuh
analis politik internasional?
Aku nggak menyalahkan jurusanku
dan nggak mau membahas sejarah salah jurusan yang dulu. Mungkin masih banyak
jurusan lainnya yang nggak terlalu populer di dunia kerja alias kurang dicari.
Pertanyaannya adalah..., berarti banyak jurusan di bangku perguruan tinggi itu
yang mubazir? Alias kurang dibutuhkan bagi kehidupan sehari-hari? Maaf-maaf
aja, sebenarnya aku juga yakin kalau nggak ada ilmu yang nggak berguna.
Atau pertanyaannya..., sebenarnya
saat kuliah kita sedang mencari kerja atau cari ilmu? Ada orang yang mengambil
kuliah jurusan akuntansi karena lowongan kerja akuntan sangat banyak,
menghasilkan banyak uang pula. Sebaliknya bagaimana jika ada orang yang
mengambil jurusan, misalnya sejarah, karena dia sangat menyukai sejarah,
memiliki passion, dan semata-mata ingin belajar tentang sejarah? Sedangkan
lowongan kerja adanya cari akuntan lagi akuntan lagi.
Dulu waktu SMA, pertanyaan yang
muncul dari kami anak newbie ke mahasiswa yang lagi promosi kampusnya
adalah,”Kalau kuliah itu nanti jadi apa?”
Aku inget banget, salah satu mahasiswa
jurusan filsafat menjawab,”Kalian kuliah cari uang atau cari ilmu?”
Beberapa minggu lalu aku ketemu
adik kelas semester dua yang masih polos. Mereka bertanya,”Lulusan Hubungan
Internasional itu, nanti jadi apa?”
Well...., aku juga belum tahu
bakal jadi apa. Hehehe. Masih berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar