1. Pendahuluan
Saat ini sumber energi
listrik yang berasal dari energi fosil berupa minyak bumi dan batu bara
dikhawatirkan akan semakin langka dan mahal karena jumlahnya yang terbatas,
sedangkan kebutuhan listrik terus meningkat pesat. Oleh karena itu dibutuhkan sumber
energi alternatif baru yang murah dan dapat memenuhi kebutuhan listrik secara
maksimal. Salah satu sumber energi alternatif yang akan dikembangkan adalah
tenaga nuklir.
Di kawasan Asia Tenggara juga telah muncul wacana untuk
membangun PLTN, seperti Indonesia yang berencana membangun PLTN pada 2016,
Thailand pada tahun 2012, dan Vietnam pada tahun 2018. Malaysia sudah mulai
memikirkan untuk membangun PLTN namun masih memprioritaskan menggunakan sumber
energi lain. Filipina sudah mempunyai rencana membangun PLTN sejak tahun
1950-an, namun gagal karena alasan politik dan kekhawatiran akan dampaknya.
Sementara itu Singapura tidak memiliki rencana membangun PLTN karena negaranya
yang kecil dan belum terlalu membutuhkan PLTN.
Rencana pembangunan PLTN ini menimbulkan pro dan kontra
di masyarakat. Beberapa pihak khawatir
akan resiko yang dapat ditimbulkan dari nuklir tersebut terhadap lingkungan,
walau begitu pemerintah negara-negara ASEAN tersebut merasa mampu untuk
membangun PLTN dan juga telah memikirkan keselamatannya. Mereka akan
menggunakan nuklir semata-mata untuk kepentingan energi.
Dibalik pernyataan pemerintah bahwa nuklir merupakan
sumber energi alternatif yang murah dan mampu memasok banyak listrik, ternyata
banyak dampak buruk yang dikhawatirkan. Energi nuklir tidak semurah yang
dibayangkan, tidak efektif dalam mengurangi emisi, dan mengancam keamanan
global. Nuklir menghasilkan radioaktif yang paparannya berbahaya bagi manusia karena mengakibatkan mutasi genetik,
kelainan lahir, kanker, leukemia dan kelainan reproduksi,
imunitas, kardiovaskuler dan
sistem endokrin[1]. Selain
itu limbah radioaktif sampai saat ini belum bisa di daur ulang sehingga akan
mencemari lingkungan selama ratusan ribu tahun.
Belum lagi jika terjadi
kecelakaan seperti yang pernah terjadi di Chernobyl pada tahun 1986, yang
dikenal sebagai bencana nuklir terburuk di dunia dengan 56 orang meninggal dan
600.000 lainnya terpapar radiasi. Dan yang terbaru adalah pada tahun 2007 di
Fukushima, Jepang, setelah terjadi gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang,
terjadi kebakaran di PLTN Kashiwazaki-Kariwa dan setahun kemudian tujuh reaktor
di sana tidak bisa dioperasikan.
Energi nuklir ini juga
dikhawatirkan akan mengancam keamanan global karena dapat meningkatkan resiko
menyebarnya kemampuan senjata nuklir ke berbagai negara, adanya resiko
diperolehnya materi pembuat bom nuklir ke tangan teroris dan kemungkinan serangan
teroris pada fasilitas dan transpor nuklir juga akan sangat berbahaya[2].
Dalam isu nuklir ini terdapat satu organisasi yang aktif
mengkampanyekan bahaya nuklir, yaitu Greenpeace. Greenpeace merupakan
organisasi internasional non-pemerintah (INGO) yang didirikan pada 15 September
1971 di Vancouver, Kanada[3].
Organisasi ini awalnya dibentuk oleh sekelompok aktivis
lingkungan yang menentang uji coba nuklir bawah tanah AS di Amchitka, di pulau
lepas pantai Alaska, karena dikhawatirkan uji coba tersebut dapat menyebabkan
gempa bumi dan mengancam berbagai spesies di sana. Kemudian dalam
perkembangannya, Greenpeace juga terus mengkampanyekan isu-isu lingkungan
lainnya seperti perubahan iklim, rekayasa genetika, penggunaan pukat ikan,
penangkapan ikan paus, ilegal logging, limbah kimia beracun, dan lain
sebagainya.
Greenpeace internasional yang berpusat di Amsterdarm,
Belanda, itu kini telah berkembang dan memiliki 41 kantor cabang di berbagai
negara di dunia, seperti di Argentina, AS, Austria, Belanda, dan negara-negara
lainnya termasuk Indonesia[4].
Greenpeace merupakan organisasi
independen, ia tidak menerima dana dari pemerintah atau korporasi, sehingga
pendanaan Greenpeace bersumber dari para donatur yang berasal dari masyarakat
yang peduli. Selain itu Greenpeace juga merekrut para volunteer
(sukarelawan) dalam melaksanakan misinya.
Greenpeace
hadir di Asia Tenggara pada 1 Maret 2000, setelah sebelumnya telah sukses
mengkampanyekan isu-isu lingkungan di negara-negara industri. Asia Tenggara
menjadi menarik karena kawasan ini memeliki banyak potensi sumber daya alam dan
lingkungan yang penting untuk dilestarikan, seperti hutan dan laut. Namun
seiring dengan kemajuan ekonomi dan industri yang semakin berkembang di Asia
Tenggara semakin memunculkan masalah berupa kerusakan lingkungan, terutama
disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dan ketidakpedulian pemerintah
dalam menangani hal ini.
2. Pendekatan
Terdapat dua pendekatan
yang dapat digunakan untuk menganalisa kasus ini, yaitu pendekatan
institusional dan pendekatan regimes. Pendekatan institusional adalah sebuah
pendekatan yang melihat suatu organisasi internasional secara internal atau apa
yang terjadi di dalam organisasi tersebut.
Selain pendekatan institusional terdapat pendekatan rezim
yang mulai populer sekitar tahun 1990-an. Berbeda dengan pendekatan
institusional, pendekatan rezime melihat organisasi secara eksternal, atau apa
yang dihasilkan oleh organisasi internasional itu. Menurut buku J. Samuel
Barkin dalam bukunya International Organization, Theories and Institution,
regime dapat didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip, norma, aturan, dan
prosedur pengambilan keputusan yang dilakukan oleh aktor-aktor dalam mengatasi
isu-isu tertentu[5]. Lalu
yang menjadi obyek analisis dari pendekatan rezim ini adalah behaviour effects
of IO to other actors, atau pengaruh tingkah laku suatu organisasi
internasional pada aktor-aktor lainnya. Hal ini dapat dilihat dari efektivitas
kebijakan atau aturan-aturan yang dibuat oleh organisasi itu, dengan kata lain
pendekatan ini mencoba menganalisis seberapa efektif keberadaan suatu
organisasi internasional itu dalam menyelesaikan masalah yang menjadi bidangnya.
Dari dua pendekatan tadi, penulis menggunakan pendekatan rezim
untuk mengetahui apa saja hal-hal yang dihasilkan suatu organisasi
internasional dan bagaimana pengaruhnya dalam mengatasi suatu masalah. Dalam
kasus ini, pendekatan rezim digunakan untuk mengetahui apa saja yang dilakukan
oleh Greenpeace dalam menyikapi adanya rencana penggunaan energi nuklir di Asia
Tenggara dan bagaimana dampaknya bagi negara bersangkutan dan rencana
pembangunan PLTN tersebut.
3. Analisa
Seperti yang telah dijelaskan pada
pendahuluan di atas, terdapat beberapa negara di Asia Tenggara yang berencana
untuk membangun PLTN untuk memasok kebutuhan energinya, yaitu Malaysia,
Vietnam, Thailand, juga Indonesia. Namun rencana tersebut menimbulkan pro
kontra karena tenaga nuklir yang digunakan dikhawatirkan akan membawa dampak
serius bagi lingkungan hidup, manusia, dan juga mengancam keamanan global.
Greenpeace
sebagai organisasi internasional non pemerintah yang bergerak di bidang
lingkungan dan secara aktif telah banyak berperan untuk menentang penggunaan
nuklir juga turut mencermati rencana tersebut.
Dalam melaksanakan aksinya Greenpeace selalu menggunakan
aksi-aksi damai, seperti yang termuat dalam beberapa prinsip utamanya[6],
yaitu :
·
menjadi saksi atas kerusakan
lingkungan dengan cara yang damai tanpa kekerasan;
·
menggunakan konfrontasi
tanpa-kekerasan untuk meningkatkan perhatian dan debat publik mengenai isu
lingkungan;
·
dalam mengekspos ancaman terhadap
lingkungan dan mencari solusi, Greenpeace tidak memiliki sekutu permanen
ataupun lawan;
·
menjamin independensi sumber
keuangan dari kepentingan politik atau komersial;
·
mencari solusi untuk mempromosikan secara
luas dan menginformasikan perkembangan dari pilihan untuk lingkungan di sekitar
masyarakat;
·
dalam mengembangkan strategi
kampanye dan kebijakan, Greenpeace menaruh perhatian besar untuk menghormati
prinsip-prinsip demokratis dan untuk mencari solusi dalam meningkatkan keadilan
sosial secara global.
Sesuai
dengan prinsip utama yang dianut oleh Greenpeace, dalam menyikapi rencana
pembangunan PLTN tersebut Greenpeace tidak menggunakan cara-cara kekerasan
dalam menentang rencana itu. Sebagaimana diketahui Greenpeace memang selalu
menentang proyek-proyek nuklir sejak awal kemunculannya. Meski tidak
menggunakan cara-cara kekerasan, Greenpeace tetap bisa menekan pemerintah untuk
memikirkan kembali rencananya untuk membangun PLTN. Salah satu hal yang
dilakukan Greenpeace adalah melakukan kampanye yang berisi edukasi pada
masyarakat tentang bahaya nuklir secara terus menerus. Kampanye yang dilakukan
misalnya dalam rangka memperingati
20 tahun tragedi Chernobyl, tanggal 9 hingga 14 Mei 2006, di Jakarta, Greenpeace
berkerjasama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara menggelar pameran foto karya
Robert Knoth, fotografer dunia asal Belanda, yang sudah berkerja di berbagai
negara. Pameran ini menampilkan potret para penduduk desa di sekitar wilayah
Chernobyl yang terkena penyakit seperti kanker dan leukimia, akibat efek
radiasi dan pencemaran nuklir tragedi Chernobyl[7].
Pada akhir
Mei 2009 Greenpeace mengadakan aksi di Thailand untuk mendesak para pemimpin
ASEAN untuk segera meninggalkan ambisi nuklir mereka. ASEAN harus memberi
contoh dengan meninggalkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga
nuklir, dan fokus pada efisiensi energi dan pengembangan energi terbarukan yang
sudah terbukti bisa menjadi solusi[8].
Pada tahun
2011 Greenpeace, bersama Walhi, ormas-ormas lingkungan lain, juga tokoh-tokoh
masyarakat, telah mengirimkan surat terbuka yang ditujukan untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Filipina Benigno Aquino dan Perdana Menteri Thailand
Abhisit Vejjajiva, yang berisi permintaan penghentian pembangunan rencana
pembangunan reaktor PLTN dan saran untuk menggunakan sumber energi terbarukan[9].
Selain
mempengaruhi opini publik tentang bahaya nuklir, melakukan aksi demonstrasi
menentang pembangunan PLTN, dan lobi-lobi pada pemerintah, Greenpeace juga berupaya
memberikan solusi untuk mencara sumber energi alternatif yang dapat
menggantikan tenaga nuklir, yaitu dengan menggunakan energi terbarukan, yaitu
sumber energi yang berasal dari sinar matahari, tenaga angin, atau pun ombak
yang lebih ramah lingkungan dan sangat berpotensi untuk dikembangkan di kawasan
Asia Tenggara karena merupakan daerah beriklim tropis yang sinar matahari dan
angin.
Conton peran Greenpeace dalam memberi solusi energi
alternatif adalah dengan melakukan kerjasama dengan UPLINK, sebuah LSM
pembangunan, untuk membantu pemasangan beberapa generator energi terbarukan di
sebuah desa di pesisir Aceh, salah satu wilayah terparah yang terkena dampak
tsunami pada bulan Desember 2004[10].
Dengan
kegigihan Greenpeace mengkampanyekan bahaya nuklir di ASEAN, telah dicapai
beberapa pengaruh terhadap negara-negara ASEAN yang berencana membangun PLTN,
yaitu sebagai berikut :
·
Tahun 2009, Greenpeace melakukan
tekanan untuk menolak nuklir di seluruh kawasan Asia Tenggara, dan
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mencabut
rencana pembangunan PLTN dan mengatakan akan mengembangkan energi
terbarukan sebagai alternatif sebelum memilih nuklir.
·
Tahun 2008, Senator di Filipina
akhirnya meluluskan pendanaan untuk Energi Terbarukan, dan undang-undang energi
terbarukan, seperti energi angin dan matahari, untuk menjaga
keamanan energi dan memerangi perubahan iklim.
·
Tahun 2007, adanya peningkatan kesadaran tentang bahaya
energi listrik yang bersumber dari nuklir membuat para alim-ulama di Jawa dan
Madura mengeluarkan fatwa haram untuk pembangunan PLTN di Indonesia
·
Tahun 2006, terdapat seruan yang
sangat masif dari kelompok anak-anak muda di Greenpeace (Solar Generation)
selama pertemuan Asian Development Bank (ADB) ke-39 yang pada akhirnya
ADB bersedia mengalirkan pendanaan untuk "Proyek Energi Bersih"
sebesar $1 miliar di tahun 2008.
.
4. Kesimpulan
Dari beberapa hal yang telah
dilakukan Greenpeace untuk menentang rencana pembangunan PLTN di beberapa
negara di Asia Tenggara, setidaknya pemerintah negara-negara tersebut mulai
memikirkan ulang terhadap rencana pembangunan PLTN itu dengan lebih
mengutamakan pengembangan sumber energi alternatif lain yang lebih ramah
lingkungan sebelum akhirnya memikirkan penggunaan tenaga nuklir.
Itu
artinya dapat disimpulkan bahwa aksi-aksi damai sesuai prinsip utama Greenpeace
tersebut telah cukup berhasil atau efektif dalam mempengaruhi kebijakan
pemerintah negara-negara ASEAN dalam rencana proyek tenaga nuklirnya, juga
berhasil mengedukasi masyarakat tentang bahaya penggunaan nuklir sehingga masyarakat
juga ikut menolak rencana tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
Barkin, J. S.
2006. International Organization, Theories and Institution. New York:
Palgrave Macmillan.
Internet
anonim. 2008. ASEAN Setuju Indonesia, Thailand, Vietnam, Bangun PLTN. Diakses September 21, 2012, dari Forum Detik: http://forum.detik.com
Greenpeace. 2011. Batalkan Rencana Pembangunan PLTN di
Asia Tenggara. Diakses 21 September 2012, dari http://id.greenpeace.org
Greenpeace. 2010. Keberhasilan Greenpeace. Retrieved 21 September 2012, dari http://id.greenpeace.org
International, G. 2009. Tenaga Nuklir,Pengalihan Waktu
yang Berbahaya. Retrieved September 21, 2012, dari Greenpeace: http://id.greenpeace.org
Leeyonardo. 2012. Peran Greenpeace Terhadap Nuklir. Diakses 21 September 2012, dari http://leeyonardo.wordpress.com
Tiga Negara ASEAN Siap Bangun PLTN. (n.d.). Diakses 21 September 2012, dari Reffburn: http://reffburn.org
Wikipedia. 2012.
wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Diakses 21 September
2012, dari Greenpeace: http://id.wikipedia.org
[1]
Greenpeace International.
2009. Tenaga Nuklir : Pengalihan Waktu yang Berbahaya. Hal 2.
[2]
Ibid., Hal 8
[3] Wikipedia. 2012. Greenpeace.
(http://Id.wikipedia.org/greenpeace)
[4] Leeyonardo.2012.Peran
Greenpeace Terhadap Nukilr (http://leeyonardo.wordpress.com)
[5]
Barkin, J.Samuel. 2006.
International Organization, Theories and Institution. Hal 27
[6]
Greenpeace. 2010. Prinsip
Utama. (http://id.greenpeace.org/prinsiputama)
[7] Wikipedia. 2012. Greenpeace.
(http://Id.wikipedia.org/greenpeace)
[8] Leeyonardo.2012.Peran
Greenpeace Terhadap Nukilr. (http://leeyonardo.wordpress.com)
[9] Greenpeace. 2011. Batalkan
Rencana Pembangunan PLTN di Asia Tenggara. (http://id.greenpeace.org)
[10]
Greenpeace International.
2009. Tenaga Nuklir : Pengalihan Waktu yang Berbahaya. Hal 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar