Setelah pecahnya Uni
Soviet, Rusia seakan menahan diri untuk membuat gerakan
independen di Timur Tengah, sehingga kesempatan tersebut
digunakan Amerika dan Eropa dalam membangun
kekuatan di Timur Tengah. Namun demikian, faktor Islam tetap menjadi
bagian dari kebijakan luar negeri Rusia saat ini. Dengan
berakhirnya sistem global bipolar saat Perang Dingin, Islam telah sepenuhnya
terintegrasi ke dalam politik internasional.[1]
Salah satu
kebijakan Vladimir Putin adalah membuat kebijakan pro Islam di Rusia dengan tujuan membentuk kekuatan strategis dalam
mendukung persatuan Rusia. Selain
membuat kebijakan pro-islam di Rusia sendiri, Rusia juga berusaha menjalin
hubungan baik dengan dunia Islam internasional, seperti dengan berhubungan
dengan negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Islam.
Pada tanggal 27-28 Maret 2006, Pemerintah Federasi Rusia
memprakarsai gagasan terbentunya Alliance
of Civilization (Aliansi Peradaban) antara Rusia dan Dunia Islam. Menurut
Rusia, dunia Islam merupakan kekuatan dunia yang cukup signifikan dan dapat
menjadi mitra dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab.
Bahkan dalam pertemuan para tokoh Rusia dan 15 tokoh dari berbagai negara Islam
menegaskan perlunya dialog dan kerjasama di antara mereka. Negara Islam yang
hadir dalam pertemuan tersebut adalah Mesir, Pakistan, Iran, Aljazair,
Bangladesh, Kuwait, Jordan, Uni Emirat Arab, Tunisia, Yaman, Uzbekistan,
Tajikistan, Karzakastan, Kirgistan, dan Indonesia.
Aspek pembahasan lain antara Rusia
dengan negara-negara Islam dalam pertemuan tersebut adalah tentang masalah
terorisme. Mereka telah berkomitmen bahwa terorisme harus diberantas tanpa
menggunakan cara kekerasan. Sikap Rusia dan negara Islam tersebut cenderung
berbeda dengan sikap negara eropa barat dan Amerika Serikat dalam pemberantasan
terorisme.
Berdasarkan pengalaman Rusia dalam
menangani separatisme Chechnya, Rusia menyadari bahwa kelompok Islam yang
membentuk gerakan separatisme dan membawa paham Islam radikal dari Timur Tengah
tidak begitu berpengaruh di Chechnya maupun di dalam negara bagian lain dalam
Republik Federasi Rusia. Berdasarkan fakta ini pemerintah Rusia menganggap
bahwa tradisi Islam yang ada di Rusia berbeda dengan praktik terorisme yang
dikenal selama ini.
Pada September 2006, Kelompok Visi
Strategis Rusia dan Dunia Islam mengecam terorisme serta menolak pembajakan
agama dan afiliasi nasional untuk terorisme. Mereka menganggap phobia terhadap
Islam hanya memperburuk situasi. Berikutnya,
dalam pertemuan yang dilangsungkan di Tatarstan, Rusia pada 31 Agustus 2006, Rusia
dan negara-negara Islam mendeklarasikan adanya upaya konkret untuk melakukan
dialog dan memunculkan saling pengertian antara berbagai peradaban, kebudayaan,
dan agama yang dilandasi oleh toleransi, penghargaan, dan kebebasan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing.
Selain turut aktif dalam
forum tersebut, Ssaat ini
Rusia juga memposisikan diri sebagai mediator antara Islam radikal dengan Amerika dan Eropa
misalnya saja ada kasus program nuklir Iran yang berlarut-larut,
Rusia yakin mampu membujuk Teheran untuk membuat konsesi Moskow.
Rusia memiliki peran dalam sengketa itu, dan
sebagai patron bagi Iran
untuk melindungi kepentingan ekonominya di Timur Tengah.[2]
Putin
sangat menyadari bahwa merangkul Islam sebagai salah satu kekuatan pemersatu
adalah hal yang cukup penting dalam menciptakan persatuan dalam Republik
Federasi Rusia. Selain mendukung toloransi
antar umat beragama di Rusia, Putin juga sangat mendukung toleransi antar umat
beragama dalam skala internasional.
Sumber:
Hendrajit. 28 Maret 2007.Kebijakan Pro Islam Vladimir
Putin dan Aliansi Strategis Rusia-Dunia Islam. Dari www.nu.or.id diakses 14 April 2013 jam
7:20
Malashenko, Alexei.8 Agustus 2007.The Islam Factor in Russia’s Foreign
Policy Dari http://eng.globalaffairs.ru/number/n_9133
(diakses16 April jam 4:47)
Buskhovitch,
Paul.1992.Religion and Society in Russia the
Sixteenth and Seventeenth Centuries. New
York: Oxford University Press
[1] Alexei Malashenko.8 Agustus 2007.The Islam Factor in Russia’s Foreign Policy Dari http://eng.globalaffairs.ru/number/n_9133
(diakses16 April jam 4:47)
[2] Alexei Malashenko.8 Agustus 2007.The Islam Factor in Russia’s Foreign Policy Dari http://eng.globalaffairs.ru/number/n_9133
(diakses16 April jam 4:47)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar