Kamis, 02 Mei 2013

Hubungan Rusia dengan dunia Islam Internasional


            Setelah pecahnya Uni Soviet, Rusia seakan menahan diri untuk membuat gerakan independen di Timur Tengah, sehingga kesempatan tersebut digunakan Amerika dan Eropa dalam membangun kekuatan di Timur Tengah. Namun demikian, faktor Islam tetap menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Rusia saat ini. Dengan berakhirnya sistem global bipolar saat Perang Dingin, Islam telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam politik internasional.[1]
Salah satu kebijakan Vladimir Putin adalah membuat kebijakan pro Islam di Rusia dengan tujuan membentuk kekuatan strategis dalam mendukung persatuan Rusia. Selain membuat kebijakan pro-islam di Rusia sendiri, Rusia juga berusaha menjalin hubungan baik dengan dunia Islam internasional, seperti dengan berhubungan dengan negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Islam.
            Pada tanggal 27-28 Maret 2006, Pemerintah Federasi Rusia memprakarsai gagasan terbentunya Alliance of Civilization (Aliansi Peradaban) antara Rusia dan Dunia Islam. Menurut Rusia, dunia Islam merupakan kekuatan dunia yang cukup signifikan dan dapat menjadi mitra dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Bahkan dalam pertemuan para tokoh Rusia dan 15 tokoh dari berbagai negara Islam menegaskan perlunya dialog dan kerjasama di antara mereka. Negara Islam yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Mesir, Pakistan, Iran, Aljazair, Bangladesh, Kuwait, Jordan, Uni Emirat Arab, Tunisia, Yaman, Uzbekistan, Tajikistan, Karzakastan, Kirgistan, dan Indonesia.  
            Aspek pembahasan lain antara Rusia dengan negara-negara Islam dalam pertemuan tersebut adalah tentang masalah terorisme. Mereka telah berkomitmen bahwa terorisme harus diberantas tanpa menggunakan cara kekerasan. Sikap Rusia dan negara Islam tersebut cenderung berbeda dengan sikap negara eropa barat dan Amerika Serikat dalam pemberantasan terorisme. 
            Berdasarkan pengalaman Rusia dalam menangani separatisme Chechnya, Rusia menyadari bahwa kelompok Islam yang membentuk gerakan separatisme dan membawa paham Islam radikal dari Timur Tengah tidak begitu berpengaruh di Chechnya maupun di dalam negara bagian lain dalam Republik Federasi Rusia. Berdasarkan fakta ini pemerintah Rusia menganggap bahwa tradisi Islam yang ada di Rusia berbeda dengan praktik terorisme yang dikenal selama ini.
            Pada September 2006, Kelompok Visi Strategis Rusia dan Dunia Islam mengecam terorisme serta menolak pembajakan agama dan afiliasi nasional untuk terorisme. Mereka menganggap phobia terhadap Islam hanya memperburuk situasi.  Berikutnya, dalam pertemuan yang dilangsungkan di Tatarstan, Rusia pada 31 Agustus 2006, Rusia dan negara-negara Islam mendeklarasikan adanya upaya konkret untuk melakukan dialog dan memunculkan saling pengertian antara berbagai peradaban, kebudayaan, dan agama yang dilandasi oleh toleransi, penghargaan, dan kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing.
Selain turut aktif dalam forum tersebut, Ssaat ini Rusia juga memposisikan diri sebagai mediator antara Islam radikal dengan Amerika dan Eropa misalnya saja ada kasus program nuklir Iran yang berlarut-larut, Rusia yakin mampu membujuk Teheran untuk membuat konsesi Moskow. Rusia memiliki peran dalam sengketa itu, dan sebagai patron bagi Iran untuk melindungi kepentingan ekonominya di Timur Tengah.[2]
Putin sangat menyadari bahwa merangkul Islam sebagai salah satu kekuatan pemersatu adalah hal yang cukup penting dalam menciptakan persatuan dalam Republik Federasi Rusia. Selain mendukung toloransi antar umat beragama di Rusia, Putin juga sangat mendukung toleransi antar umat beragama dalam skala internasional.

Sumber:
 Hendrajit. 28 Maret 2007.Kebijakan Pro Islam Vladimir Putin dan Aliansi Strategis Rusia-Dunia Islam. Dari www.nu.or.id diakses 14 April 2013 jam 7:20

Malashenko, Alexei.8 Agustus 2007.The Islam Factor in Russia’s Foreign Policy Dari http://eng.globalaffairs.ru/number/n_9133 (diakses16 April  jam 4:47)

Buskhovitch, Paul.1992.Religion and Society in Russia the Sixteenth and Seventeenth Centuries. New York: Oxford University Press



[1] Alexei Malashenko.8 Agustus 2007.The Islam Factor in Russia’s Foreign Policy Dari http://eng.globalaffairs.ru/number/n_9133 (diakses16 April  jam 4:47)

[2] Alexei Malashenko.8 Agustus 2007.The Islam Factor in Russia’s Foreign Policy Dari http://eng.globalaffairs.ru/number/n_9133 (diakses16 April  jam 4:47)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share on :