Kamis, 02 Mei 2013

Kebijakan Luar Negeri Vladimir Putin


Dalam rangka mewujudkan kembali impian tentang kejayaan Rusia di tingkat global, pemerintahan Putin juga sangat memperhatikan berbagai kebijakan luar negerinya demi memperluas pengaruh Rusia dan utamanya untuk menyaingi Amerika Serikat yang saat ini sangat mendominasi politik internasional. Secara garis besar terdapat tiga hal utama yang dilakukan oleh pemerintah Rusia dalam hal kebijakan luar negeri, yaitu menjalin hubungan dengan negara bekas Uni Soviet, menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai negara, dan membentuk berbagai kerjasama internasional. Mengenai kebijakan luar negeri Rusia dan tujuannnya akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut:
 a. hubungan dengan negara bekas soviet
      Hubungan antara Rusia dengan negara bekas Uni Soviet terbentuk dengan adanya CIS yang terdiri dari negara-negara bekas Uni Soviet dan pembentukan secara bertahap Uni Rusia-Belarusia. Pembentukan tersebut sebagai upaya reintegrasi negara-negara tersebut setelah lepas dari Uni Soviet. Secara geopolitik, hal ini diharapkan mampu menjamin pertahanan dan keamanan Rusia karena Rusia dapat membangun pangkalan militernya di negara-negara CIS tersebut. Secara umum bentuk hubungan antara Rusia dengan CIS adalah mengupayakan penyelesaian konflik di negara-negara CIS, kerjasama politik dan militer di bidang keamanan dan masalah terorisme.[1] Dengan adanya hubungan baik yang terjain dengan Negara bekas Uni Soviet ini diharapkan Rusia bias menggalang kekuatannya karena negara-negara tersebut kembali bergabung dengan Rusia.
b.  peningkatan hubungan diplomatik 
Dalam rangka memperkuat kekuatan global Rusia juga menjalin hubungan dengan China. Sebagai bentuk kerjasama tersebut Presiden China yang baru, Xi Jinping melakukan kunjuan diplomatik ke Rusia. Kunjungan tersebut dipandang sebagai suatu aksi pembentukan aliansi antara Rusia dan China dalam rangka menanding dominasi Amerika Serikat. [2] Kunjungan tersebut membahas kerjasama Rusia dan China dalam BRICS. Selama perang Dingin Rusia dan China memang tidak teralalu dekat karena sengketa perbatasan, namun saat ini hubungan keduanya mulai membaik terutama dalam hal sosial ekonomi.
Secara politik internasional, Rusia dan China merupakan anggota Dewan Keamanan PBB yang cukup kritis terhadap AS. Kedua negara menentang invasi AS ke Irak, isu nuklir Iran, dan isu Suriah. Di sini terlihat bahwa Rusia dan China berupaya menjadi penyeimbang dari dari dominasi Amerika Serikat di tingkat global.
Secara geopolitik, letak geografis China yang berdekatan dengan Rusia sangat menguntungkan. Adanya kunjungan ini juga mendorong kesepakatan pembangunan jalur pipa minyak gas dari Rusia ke China.
Selain dengan China, selama ini Rusia selalu dianggap mendukung pemerintah Suriah terkait dengan pergolakan Suriah saat ini. Hal ini terlihat saat Rusia menggunakan hak vetonya dalam rancangan resolusi Arab-Barat yang diajukan Maroko di forum Dewan Keamanan PBB.[3] Dukungan Rusia terhadap Suriah ini terkait dengan kepentingan Rusia terhadap Suriah yang dinilai sangat menguntungkan karena Suriah memiliki nilai startegis secara militer dan politik..  Rusia  merupakan  penyuplai  senjata ke Suriah dan Suriah adalah pasar senjata Rusia terbesar di Timur Tengah. Hampir semua peralatan militer Suriah adalah buatan Rusia. Di tengah gencarnya aksi unjuk rasa anti rezim Presiden Assad di Suriah, Rusia justru mengirim 60 ton senjata, lengkap dengan suku cadangnya. Rusia juga sepakat untuk menyuplai Suriah dengan 130 pesawat jet tempur tipe Yak-130 dengan nilai kontrak 550 juta dollar AS dan kontrak bisnis peralatan militer lainnya senilai 700 juta dollar AS. Neraca perdagangan Rusia-Suriah saat ini mencapai nilai hampir dua miliar dollar AS, khususnya dalam kerja sama di bidang minyak dan gas.[4]
Selain itu hubungan Rusia dengan Suriah ini dinilai sebagai suatu upaya Rusia untuk membendung pengaruh Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Rusia seolah ingin menunjukkan bahwa pihak Barat, khususnya AS, tidak bisa bergerak semena-mena secara sepihak.


c.  kerjasama internasional
            Salah satu prioritas Rusia dalam hal hubungan internasional adalah terus berperan aktif dalam kerjasama internasional. Salah satunya adalah membentuk forum kerjasama ekonomi dalam BRICS. BRICS adalah sebuah organisasi internasional yang terdiri dari negara-negara yang ekonominya mulai diperhitungkan di tingkat global yaitu Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. BRICS merupakan hasil dari pertemuan pada tahun 2010 di Afrika Selatan. Anggota BRICS adalah negara berkembang dan negara industri  baru yang dilihat dari pertumubuhan ekonomi dan pengaruh mereka di tingkat regional dan global.  Tahun 2013 negara BRICS yang mempunyai GDP sebesar US$ 14,9 juta dan diperkirakan mempunyai GDP sebesar US$ 4 milyar jika digabungkan dengan pedapatan luar negerinya.[5]
Dalam kebijakan luar negerinya, Putin menganggap BRICS sebagai hal yang penting. Ia menekankan tentang adanya kesamaan di antara Negara anggota BRICS, yaitu adanya kesamaan pandangan dan kesamaan keinginan dalam menciptakan kekuatan multipolar dunia, dan yang paling mendasar  adalah kedaulatan nasional sebagai struktur fundamental dalam system dunia. Konsep ini menentang pendapat Barat bahwa kedaulatan suatu Negara saat ini sudah tidak berarti. Semua Negara BRICS mempunyai kedaulatan penuh dan kebebasan dalam menjalankan kegiatannya berdasarkan kemampuan masing-masing dan tidak dibatasi oleh aturan formal aliansi. Negara eropa mempunya ekonomi yang bagus tetapi terikat secara politik.[6]


[1] A. Fahrurodji. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya. Jakarta: Yayaysan Obor Indonesia.  Hal 232
[2] Kompas, 25 Maret 2013. Putin Bangga Dikunjungi Xi : BRICS Diharapkan berperan Lebih Aktif secara Global. Hal 11
[3]Egidius Patnistik. (ed). 13 Februari 2012 Hubungan Rusia-Suriah Amat Strategis dari http://international.kompas.com/read/2012/02/13/08091460/Hubungan.Rusia.Suriah.Amat.Strategis#  (diakses 6 April 2013 jam 08:01)
[4] Ibid,.
[5] Wikipedia. BRICS. http://en.wikipedia.org/wiki/BRICS (diakses 6 April 2013 jam 8: 12)
[6] Flodor Lukyanov. What Holds The BRICS Together?. dari: http://eng.globalaffairs.ru/redcol/What-holds-the-BRICS-together-15910 (diakses pada 6 April 2013 jam 8:25)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share on :