Sabtu, 29 Juni 2013

PERJUANGAN ETNIS CHECHNYA INGUSHETIA DALAM MENDIRIKAN NEGARA MERDEKA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada masa kejayaannya, Uni Soviet merupakan negara besar yang banyak berpengaruh di dunia. Kemenangan Uni Soviet dan Amerika Serikat pada Perang Dunia II menjadikan kedua negara tersebut sebagai negara superpower dan saling bersaing terutama pada era Perang Dingin. Namun berakhirnya Perang Dingin kemudian menjadi era kemunduran bagi Uni Soviet.  Uni Soviet akhirnya bubar karena banyak negara-negara bagiannya melepaskan diri dan menyisakan Rusia. Setelah jatuhnya Uni Soviet, Rusia kemudian menjadi negara yang berdiri pada Desember 1991.[1] 
Sebelumnya Uni Soviet memang dikenal sebagai negara yang multietnis. Namun pada era kejatuhannya, sekitar 100 etnis diberi daerah hak otonomi khusus dan ada pula wiayah lainnya yang diperbolehkan mendirikan negara merdeka.[2] Salah satu kelompok etnis di Uni Soviet yang menyatakan ingin berpisah dan mendirikan negara sendiri adalah etnis Chechnya-Ingushetia.
Saat  hancurnya Uni Soviet pada 1991, Chechnya menyatakan bahwa mereka tidak lagi bergabung dengan Uni Soviet. Mereka menyatakan telah mempunyai pemerintahan yang sah, membentuk parlemen baru, dan memproklamasikan kemerdekaan sebagai Republik Chechnya Ichkeria. Namun hingga tahun 2004 kemerdekaan mereka tidak diakui negara apapun termasuk oleh Rusia sendiri. Akibatnya kemudian terjadilah konflik bersenjata antara etnis Chechnya dengan Rusia.[3]
Rusia tidak rela melepaskan Chechnya karena letak wilayahnya yang strategis sebagai wilayah pertahanan bagi Rusia, yaitu di Pegunungan Kaukasus dan wilayah Cechnya merupakan daerah jalur pipa minyak yang juga kaya akan sumber daya alam.[4] Meski memiliki kekayaan sumber daya alam, selama bergabung dengan Uni Soviet etnis Chechnya tidak mendapatkan kemakmuran sehingga mereka ingin memisahkan diri dari Rusia yang merupakan penerus Uni Soviet. Namun adanya kepentingan Rusia di wilayah Chechnya ini mengakibatkan perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia untuk merdeka terus mengalami hambatan,

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia dalam mendirikan negara merdeka?

1.3  Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu kumpulan konsep dan teori yang penulis gunakan sebagai dasar dalam menjawab rumusan masalah. Untuk menganalisa bagaimana perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia dalam mendirikan negara merdeka penulis menggunakan beberapa konsep dan pendekatan sebagai berikut:
a.       Pengertian etnis
Menurut Anthony Smith, komunitas etnis adalah suatu konsep yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan manusia yang memiliki nenek moyang yang sama, ingatan sosial yang sama dan beberapa elemen kultural. Elemen-elemen kultural itu adalah keterkaitan dengan tempat tertentu, dan memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa etnis adalah sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan ras, adat, agama, bahasa, keturunan dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka memiliki keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah sistem budaya dan mereka terikat di dalamnya.[5]

b.      Teori  etnisitas
Terdapat tiga teori etnisitas yaitu:
·                     Primordialisme
Menurut Joseph Rudolf, primordialisme merupakan fenomena etnis dalam ketegori-kategori sosio-biologis. Kelompok-kelompok sosial dikarakteristikkan oleh hal-hal seperti wilayah, agama, budaya, bahasa, dan organisasi sosial yang memang disadari secara objektif sebagai suatu pemberian dan tidak bisa diubah lagi. Jadi dapat dikatakan bahwa hal-hal berkaitan dengan etnisitas seperti ciri fisik, agama, budaya, bahasa, organisasi sosial, merupakan kodrat.
·                     Konstruktivis
Menurut Frederik Barth, etnis adalah hasil proses sosial yang kompleks yaitu dari hal-hal simbolik yang dilakukan secara terus-menerus dan dibangun oleh manfaat mitologi, suatu hitungan sejarah dari bahasa, dan pengalaman masa lampau. Dalam hal ini etnis merupakan konsep yang berkembang dari waktu ke waktu dan ruang yang terkait pula dengan struktur ekonomi, politik, dan agama yang muncul dengan konfigurasi spesifik yang diberi label etnis.
·                     Instrumentalis atau strukturalis
Menurut instrumentalis, etnis adalah proses manipulasi atau mobilisasi politik dan kelompok sosial yang ada sudah tersusun sebagai etnis. Instrumentalis melihat identitas etnis sebagai alat politik, yang digunakan baik oleh perorangan maupun kelompok dalam rangka mencapai kepentingan mereka. Strukturalis lebih menaruh perhatian pada proses manipulasi dan mobilisasi politik ketika kelompok sosial yang ada tersusun atas dasar atribut-atribut etnisitas seperti kebangsaan, agama, ras, dan bahasa.

c.       Segmentasi etnis merupakan tipe atau jenis dari gerakan etnopolitik. Segmentasi terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
·                     Ethnocultural segmentation
Segmentasi etnokultural ini berkaitan dengan etnisitas atau budaya sudah ada
·                     Ethno class segmentation
Segmentasi kelas etno berkaitan gerakan etnopolitik yang ditandai dengan adanya kelas atau stratifikasi. Jadi etnopolitik di sini bertujuan untuk menghilangkan diskriminasi pada kelas etnis tertentu.
·                     Ethno territorial segmentation
Segmentasi etnoteritorial berkaitan dengan adanya perasaan memiliki teritorial atau wilayah tertentu sehingga gerakan etnopolitik di sini berjuang untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali wilayah mereka

·                     Ethno class territorial segmentation
Segmentasi kelas etnoteritorial berkaitan dengan gerakan etnopolitik yang berjuang untuk memperjuangkan kelas etnisnya dalam suatu wilayah tertentu

d.      Jenis perjuangan etnis dapat dibedakan berdasarkan cakupan wilayahnya. Jenis perjuangan etnis berdasarkan cakupan wilayah adalah:
·                     Etnoregional
Kelompok etnoregional ini berjuang dalam suatu wilayah tertentu. Biasanya mereka memperjuangkan kepentingan bagi wilayahnya, misalnya menuntut hak-hak khusus bagi daerahnya atau otonomi daerah dari pemerintah pusat
·                     Etnonasional
Kelompok etnonasional merupakan gerakan etnis yang bertujuan untuk membentuk negara sendiri atau memisahkan diri melalui gerakan separatis

e.       Bentuk gerakan etnopolitik berdasarkan cara beroperasinya terbagi menjadi dua macam yaitu:
·                     Non violence atau tanpa kekerasan. Gerakan etnopolitik tanpa kekerasan biasanya dilakukan dengan cara damai seperti demonstrasi, menggunakan media massa, negosiasi
·                     Violence atau kekerasan. Gerakan etnopolitik dengan cara kekerasan misalnya melalui konflik bersenjata atau perang

f.       Etnisitas dalam politik
Terdapat dua pandangan tentang etnisitas dalam politik sebagai berikut:
·                     Interest group
Menurut pandangan ini, gerakan etnis merupakan kelompok yang memiliki kepentingan yang ingin dicapai, dan untuk memperjuangkan kepentingan tersebut kelompok etnis tersebut menggunakan jalur politik yang berdampak pada akses kekuasaan bagi kelompok tersebut



·                     Political group
Menurut pandangan ini, suatu kelompok etnis sudah mempunyai kekuasaan politik dalam suatu negara sehingga kelompok tersebut hanya perlu mempertahankan  apa yang sudah dimiliki

g.      Respon pemerintah dan kelompok etnis dalam etnopolitik
Secara umum respon pemerintah terhadap etnopolitik adalah sebagai berikut:
·                     Akomodatif
Pada pemerintah yang akomodatif, pemerintah memberikan respon positif pada gerakan etnopolitik, misalnya dengan memberikan otonomi dan kebebasan bagi etnis di wilayah tertentu. Pada kasus etnoclass pemerintah bisa menjadi mediator bagi etnis-etnis yang berkonflik
·                     Non akomodatif
Pemerintah yang non akomodatif berarti pemerintah tidak memberikan respon positif terhadap gerakan etnopolitik, misalnya pemerintah menolak memberikan hak otonomi bagi suatu etnis atau melakukan tindakan kekerasan pada suatu etnis

Sedangkan respon dari kelompok etnis tergantung dari tipe etnopolitik mereka yaitu:
·                     Etnoteritorial
Pada tipe gerakan etnoteritorial ini lebih berhubungan dengan cara kelompok ini beroperasi, sehingga tanggapan atau respon dari gerakan ini lebih pada perubahan metode gerakan
·                     Etnoclass
Pada tipa gerakan etnoclass peran pemerintah lebih pada mediator sehingga tanggapan dari etnis yang berkonflik adalah berusaha mencari kesepakatan atau titik temu diantara mereka
  


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Etnis Chechnya-Ingushetia
      Chechnya-Ingushetia adalah etnis yang mayoritas beragama Islam dan tinggal di daerah Kaukasus Utara yang termasuk wilayah Rusia. Chechenia dan Ingushetia adalah wilayah administratif Rusia yang terpisah sampai 1934, lalu bergabung dengan pemerintah Soviet  dalam wilayah Otonomi Republik Chechnya-Ingush. Pada 1989 populasi gabungan antara Chechnya-Ingush diperkirakan sebesar 1.194.317 jiwa, terdiri dari 237.438 dari Ingushetia dan 956.879 dari Chechnya. Angka ini termasuk masyarakat Chechnya-Ingushetia yang ada di Yordania, Turki, dan Suriah dalam pertengahan abad kesembilan belas yang melarikan diri saat perang dengan Rusia di Kaukasus.[6]
       Bahasa  yang digunakan etnis Chechnya dan Ingushetia berbeda satu sama lain meski di daerah mereka kedua bahasa tersebut tetap digunakan. Invasi di Kaukasus menyebabkan adanya dominasi Rusia dan perginya orang-orang Chechnya dan Ingushetia selatan ke Turki, Yordania, dan Suriah. Selama delapan belas dan kesembilan belas abad, Chechnya dan Ingushetia dikonversi dari agama animisme tradisional mereka menjadi Islam, yang dianggap langkah yang dimotivasi kemungkinan politik. Hal ini diyakini bahwa ada kelompok membuat konversi untuk menyesuaikan diri untuk mempertahankan Kaukasus dari Rusia. Saat ini Islam adalah agama mayoritas penduduk dan telah menjadi kunci elemen dalam identitas etnis mereka.[7]

2.2 Sejarah Perjuangan Etnis Chechnya-Ingushetia
      Selama bergabung dengan Uni Soviet, etnis Chechnya banyak mengalami penindasan dan ketidakadilan. Oleh karena itu perjuangan etnis Chechnya sebenarnya sudah dimulai sejak masih berada dalam naungah Uni Soviet hingga menjadi Rusia seperti sekarang ini. Perjuangan etnis Chechnya ini terbagi dalam enam periode yaitu:[8]
a.       Periode Pertama
           Periode ini terjadi pada sekitar abad 16 dan17.  Pada saat itu Moskow bermaksud untuk meluaskan pengaruhnya di bidang politik dan ekonomi. Penduduk dan pemimpin Chechnya rupanya tertarik dengan pendekatan Moskow tersebut dan mulai mengakui dengan sukarela kekuasaan Moskow atas wilayah mereka.
b.      Periode Kedua
            Masa ini terjadi pada abad 18, yaitu adanya ekspansi militer pertama Rusia ke wilayah utara pegunungan Kaukasus. Pada masa itu bangsa Chechnya mulai membangkitkan perlawanan bersenjata untuk memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan mereka. Gerakan anti kolonial dari Chechnya biasanya dilakukan oleh orang dari golongan bawah yang merasakan adanya ketidakadilan dalam pemerintahan.
c.       Periode Ketiga
Hubungan antara bangsa Rusia dan Chechnya semakin buruk pada abad 19. Saat itu pasukan perlawanan Chechnya dinilai berhasil menyatukan sebagian besar bangsa Chechnya dalam kesatuan. Kelompok perlawanan Chechnya ini sempat berunding dengan pihak Rusia untuk membahas perdamaian namun gagal. Tahun 1828 pun terjadi perang Kaukasia. Perlawanan kelompok Chechnya ini mulai dipengaruhi  oleh semangat jihad.
Pada tahun 1859, Chechnya mengalami kekalahan sehingga rakyat Chechnya berada di bawah kekuasaan administrasi militer Moskow meski mendapatkan hak otonomi dalam permasalahan regional. Ketika Perang Dunia I pecah, Rusia menggunakan bangsa Chechnya sebagai tentara sehingga mendapat keuntungan karena jumlah penduduk Chehcnya semakin berkurang dan mengurangi daya juang mereka. Hal ini lalu membuat bangsa Chechnya mulai bergolak lagi, dan ditanggapi secara keras oleh Rusia dengan menghilangkan, mengasingkan, dan mengusir para pemimpin perlawanan.
Kegagalan perlawanan Chechnya ini juga karena adanya pengaruh dari konflik internal antar pemimpin Chechnya yang menginginkan kekuasaan dan pengaruh pada rakyat Chechnya sendiri. Perlawanan kaun separatis Chechnya biasanya berasal dari  golongan Islam garis keras berusaha memisahkan diri dari Rusia selalu mendapat perlawanan dari pihak Chechnya sendiri yang pro-Rusia, yang biasanya berasal dari golongan sekuler maupun kaum agamis yang tradisionals.

d.      Periode Keempat
Periode keempat dimulai pada akhir abad ke-19. Saat itu secara konstitusional Chechnya merupakan bagian dari Rusia dan tetap mengalami perlakuan yang tidak adil. Pemerintah Rusia kemudian mulai berpikir bahwa kekerasan tidak akan berhasil mengatasi masalah separatisme sehingga yang diperlukan adalah sosialisasi kebudayaan Rusia di Chechnya dengan mendirikan sekolah Rusia yang secara tidak langsung membuat orang-orang Chechnya untuk lebih memfokuskan diri pada perekonomian daripada perang. Masa ini juga dikenal sebagai masa damai yang karena kondisi pemerintahan yang mulai melonggarkan peraturan pendudukan etnis yang menandakan gerakan liberalisasi sistem sosial. Para pemuka Chechnya pun mencoba berkompromi dengan membiarkan pembangunan berjalan terus dan mengikutsertakan pejuangnya untuk membantu Rusia dalam perang, walau  perlakuan diskriminatif terhadap etnis mereka terus terjadi.
e.       Periode Kelima
Pada periode ini  rakyat Chechnya terbagi menjadi tiga kubu yaitu:
a.       Kubu Nasionalis yang ingin Chechnya bergabung dalam Uni Soviet (Komunis).
b.      Kubu Nasionalis Demokrat yang ingin bergabungnya orang-orang gunung dan tetangga Barat mereka bersama bangsa Chechnya untuk membentuk negara.
c.       Kubu Nasionalis radikal yang merupakan kelompok Islam dan ingin Chechnya bergabung dengan Turki.
      Bentuk perjuangan rakyat Chechnya mulai beragam seperti dengan usaha membentuk sebuah negara teokratik merdeka juga pembentukan sebuah negara yang lebih sekuler (Republik Mountaineers pada tahun 1918). Walau kedua ide itu gagal, namun pihak Chechnya lain akhirnya memutuskan umtuk mengabdikan diri pada Uni Soviet yang menjanjikan kebebasan, persamaan, tanah, dan kekuasaan bagi mereka namun pada kenyataannya, janji Uni Soviet tidak pernah terwujud.
      Etnis Chechnya-Ingushetia akhirnya angkat senjata lagi pada masa rezim Joseph Stalin. Kekacauan dan kerusuhan semakin berubah menjadi perang gerilya. Pada masa Stalin terjadi praktik genosida dan pengusiran kepada beberapa petinggi Chechnya.      
Setelah masa Stalin, muncul pemikiran untuk membangkitkan lagi Republik Mandiri Sosialis Soviet Chechnya-Ingush, sebagai salah satu negara satelit Uni Soviet. Pejuang-pejuang lama yang dulu dibuang kembali lagi namun  Republik Mandiri Sosialis Soviet Chechnya-Ingushetia tidak pernah diwujudkan juga.
      Pada tahun 1960-an, muncul keberanian dari sebagian warga Chechnya untuk mengirim surat kepada Central Committee Partai Komunis di Moskow yang mengkritik sikap pemerintah daerah mereka terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbudaya mereka. Tapi pemerintah Uni Soviet tidak memberi respon positif. Pemerintah Uni Soviet malah melancarkan aksi etnosida untuk mematikan unsur dasar kehidupan suku bangsa Chechnya-Ingushetia, serta menimbulkan trauma bagi mereka.
      Chechnya-Ingushetia yang merasa diperlakukan tidak baik oleh Uni Soviet kemudian membentuk gerakan pemberontakan yang semakin memuncak pada masa disintegrasi Uni Soviet tahun 1991 dan etnonasonalisme Chechnya-Ingushetia baru pun muncul.
f.       Periode Keenam
Pada masa perestroika Gorbachev, Uni Soviet yang hancur memancing perang kemerdekaan baru bagi bangsa Chechnya-Ingushetia. Dipimpin oleh Jenderal Dzhokhar Dudayev, ibukota Grozny direbut pada tahun 1991. Proklamasi mereka diumumkan, namun tetap tidak diakui presiden Rusia terpilih, Boris Yeltsin. Dudayev yang meninggal akibat serangan roket tahun 1995, digantikan oleh Aslan Mashkadov yang terpilih pada 1997. Pada awal tahun 1999, ia menjadikan Syariah Islam sebagai hukum negara, yang memicu perpecahan di dalam gerakan perlawanan Chechnya sendiri.
Bentuk pergerakan Chechnya rupanya dilakukan dengan aksi kekerasan seperti bom bunuh diri di kota-kota besar Rusia sehingga banyak pihak yang menganggap mereka sebagai gerakan terorisme. Pada masa Vladimir Putin berkuasa, Rusia menerapkan tindakan keras terhadap etnis Chechnya-Ingushetia, seperti dengan memerintahkan perang dan pembumi hangusan daerah pertikaian, sehingga banyak rakyat sipil yang terbunuh dan mengungsi.
Kemudian pada Maret tahun 2003 telah disetujui untuk mengadakan referendum untuk menentukan nasib Chechnya sebagai negara bagian yang merdeka dan akan bergabung ke dalam Federasi Rusia. Referendum tersebut akhirnya menyetujui dibuatnya konstitusi baru bagi rakyat Chechnya.
Bulan Oktober pada tahun 2003 Ahmad Kadirov terpilih menjadi presiden Chechnya namun ia juga terbunuh. Terbunuhnya Presiden Chechnya ini kembali membawa suasana buruk antara Chechnya-Ingushetia dengan Rusia, ditandai merebaknya aksi teror di Rusia.
Pemerintah Rusia pun melakukan tindakan tegas terhadap teroris Chechnya-Ingushetia dan hal ini justru mengakibatkan banyak korban sipil yang membuat Rusia menerima banyak kritikan.

2.3 Analisa
Keberadaan etnis Chechnya-Ingushetia ini dapat dianalisa dengan menggunakan salah teori etnisitas, yaitu pandangan insrumentalis. Menurut kaum instrumentalis, etnis adalah proses manipulasi atau mobilisasi politik dan kelompok sosial yang ada sudah tersusun sebagai etnis. Instrumentalis melihat identitas etnis sebagai alat politik, yang digunakan baik oleh perorangan maupun kelompok dalam rangka mencapai kepentingan mereka. Strukturalis lebih menaruh perhatian pada proses manipulasi dan mobilisasi politik ketika kelompok sosial yang ada tersusun atas dasar atribut-atribut etnisitas seperti kebangsaan, agama, ras, dan bahasa.
Etnis Chechnya-Ingushetia merupakan etnis yang terbentuk dari proses sosial yang panjang. Hal ini dapat dilihat dari sejarah mereka. Pada awalnya etnis Chechnya-Ingushetia merupakan etnis yang tinggal di Kaukasus Utara dan mereka menganut animisme. Namun adanya invasi Rusia di Kaukasus menyebabkan etnis Chechnya dan Ingushetia melarikan diri ke negara timur tengah seperti ke Turki, Yordania, dan Suriah. Hal ini membuat etnis Chechnya-Ingushetia yang sebelumnya menganut animisme mulai berpindah ke agama Islam. Hingga saat ini Islam adalah agama mayoritas etnis Chechnya-Ingushetia dan telah menjadi identitas etnis mereka. Perubahan identitas etnis Chechnya-Ingushetia menjadi etnis muslim ini merupakan suatu bentuk kepentingan politik dari kelompok tertentu untuk mempertahankan wilayah Kaukasus dari Rusia. 
Hal ini terbukti dari pemimpin kelompok perlawanan Chechnya-Ingushetia yang ingin mendirikan negara berbasis syariah Islam dan mendasarkan gerakan perlawanannya dengan semangat jihad. Dengan adanya identitas etnis Chechnya-Ingushetia sebagai etnis muslim, para pemimpin dari etnis Chechnya-Ingushetia yang beragama Islam mulai memobilisasi rakyatnya yang juga didominasi oleh orang-orang Islam untuk mendukung perjuangan mereka dalam mendirikan negara merdeka yang berlandaskan syariah Islam sebagai dasar negara. Sedangkan para pemimpin etnis Chechnya-Ingushetia yang sekuler ataupun yang menganut agama tradisional lebih cenderung ingin tetap bergabung dalam Federasi Rusia. Pihak sekuler ini pun berupaya untuk memobilisasi rakyat Chechnya-Ingushetia sesuai kepentingannya.
Berdasarkan konsep segmentasi etnis atau tipe gerakan etnopolitik, perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia ini tergolong ke dalam ethno territorial segmentation, yaitu segmentasi etnis yang berkaitan dengan perasaan memiliki daerah tertentu. Etnis Chechnya-Ingushetia yang merupakan etnis yang bertempat tinggal di daerah Kaukasus Utara merasa bahwa daerah tersebut merupakan wilayah miliknya, sementara Rusia yang memiliki kepentingan dan bisa mendapat keuntungan tertentu dari wilayah Kaukasus Utara tidak ingin kehilangan wilayah tersebut. Etnis Chechnya-Ingushetia selama bergabung dengan Uni Soviet selalu mendapat perlakuan tidak adil dan justru tidak mendapat keuntungan dari kekayaan alam di wilayah miliknya sendiri sehingga pada era kehancuran Uni Soviet, etnis Chechnya-Ingushetia menggunakan kesempatan tersebut untuk melepaskan diri dan tidak ingin bergabung dengan Federasi Rusia.
Berikutnya jenis perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia berdasarkan cakupan wilayahnya  dapat digolongkan dalam etnonasionalisme karena tujuan dari perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia sendiri yang ingin memisahkan diri dari Federasi Rusia.
Berdasarkan bentuk gerakan etnis, Chechnya-Ingushetia melakukan aksinya dengan dua macam cara, yaitu dengan kekerasan dan cara non-kekerasan. Pada awal pergerakan etnis Chechnya-Ingushetia berperang dengan Rusia untuk memperjuangkan kemerdekaannya hingga beberapa periode. Namun pada periode ketiga etnis Chechnya-Ingushetia mau melakukan perundingan secara damai dengan Rusia namun tidak mendapat kesepakatan dan kembali melanjutkan perang. Pada periode keempat, etnis Chechnya-Ingushetia melakukan aksi damai karena mau berkompromi dengan Rusia yang saat itu gencar menjalankan program pembangunan di wilayah Chechnya-Ingushetia. Masa damai ini masih terjadi hingga periode kelima walau etnis Chechnya-Ingushetia tetap memperjuangkan keinginannya. Pada masa ini etnis Chechnya-Ingushetia terbagi menjadi beberapa kubu kepentingan dan berjuang untuk mendirikan republik sekuler namun tetap gagal.
Pada akhirnya etnis Chechnya-Ingushetia kembali menggunakan cara kekerasan dalam memperjuangkan kepentingannya sejak masa Stalin karena pemerintah Rusia pada masa it uterus melakukan aksi kekerasan terhadap etnis Chechnya-Ingushetia meski kemudian diadakan referendum namun ternyata tetap tidak memberi hasil yang baik. Sejak itu etnis Chechnya-Ingushetia memilih tetap menggunakan cara kekerasan hingga label teroris melekat pada etnis ini.
Kemudian berdasarkan konsep etnisitas dalam politik, etnis Chechnya-Ingushetia  merupakan interest group atau kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan merupakan kelompok yang memiliki kepentingan yang ingin dicapai melalui jalur politik yang berdampak pada akses kekuasaan. Etnis Chechnya-Ingushetia memiliki kepentingannya untuk dapat mendirikan negara merdeka, dan dalam memperjuangkan keinginannya tersebut etnis Chechnya-Ingushetia juga melakukan diplomasi politik dengan Rusia. Tujuan utamanya tentu untuk mendapatkan akses kekuasaan karena selama ini etnis Chechnya-Ingushetia selalu diperlakukan tidak adil dan ingin mempunyai otoritas untuk membentuk pemerintahannya sendiri.

2.4 Respon Pemerintah Rusia Terhadap Perjuangan Etnis Chechnya-Ingushetia
Respon Rusia pada etnis Chechnya-Ingushetia cenderung sangat keras karena pemerintah Rusia pada awalnya berusaha mempertahankan wilayah Kaukasus Utara dengan cara perang atau kekerasan. Namun pada periode keempat Rusia mulai berpikir untuk mengubah strateginya menjadi lebih akomodatif, yaitu dengan menjalankan program pembangunan bagi etnis Chechnya-Ingushetia. Etnis Chechnya-Ingushetia sempat menerima program tersebut dan menghentikan perang selama beberapa waktu, namun pada masa Josef Stalin, Uni Soviet menjalankan pemerintahannya dengan keras sehingga terus menekan etnis Chechnya-Ingushetia dengan cara pengusiran, pembuangan, bahkan melakukan pembersihan etnis.
Pada masa Presiden Boris Yeltsin, ia membawa isu separatisme Chechnya-Ingushetia dalam kampanyenya pada 1990 dengan janji akan segera diselesaikan. Penyelesaian yang dilakukan Yeltsin adalah dengan menciptakan peraturan hokum baru. Peraturan hukum baru ini dicanangkan oleh Yeltsin dan Ruslan Khasbulatov pada 31 Maret 1992 yaitu Perjanjian Federasi yang disetujui oleh 86 dari 88 subyek federal. Mayoritas subyek federal yang menyetujui perjanjian ini merelakan otonomi luas atau kemerdekaan, dengan digantikan otonomi daerah dan hak-hak perpajakan khusus. [9]
Dua subyek federal yang tidak menanda-tangani perjanjian ini adalah Chechnya dan Tatarstan. Pada tahun 1994, Yeltsin dan presiden Tatarstan, Mintimer Şäymiev menandatangani perjanjian khusus yang memberikan Tatarstan otonomi luas. Tinggal Chechnya yang belum meyetujui sebuah perjanjian. Negosiasi antara Presiden Yeltsin dan Chechnya juga tidak berhasil sehingga tetap terjadi konflik bersenjata.[10]
Pada tahun 2003 pemerintah Rusia mengadakan referendum untuk menentukan nasib Chechnya-Ingushetia, namun cara ini tetap gagal dalam mewujudkan perdamaian antara Rusia dengan Chechnya-Ingushetia. Akhirnya pada masa Vladimir Putin, Rusia juga terus menekan etnis Chechnya-Ingushetia dengan cara kekerasan dan menganggap mereka sebagai teroris yang harus diberantas.
2.5 Respon Kelompok Etnis Chechnya-Ingushetia
Etnis Chechnya-Ingushetia sejak masa awal pergerakannya selalu menggunakan cara kekerasan untuk melawan pemerintah Uni Soviet yang terkenal sangat otoriter termasuk saat melawan Rusia seperti sekarang ini. Namun etnis Chechnya-Ingushetia juga bersedia memberi respon positif dengan berpartisipasi dalam dialog perdamaian dari Uni Soviet maupun Rusia. Namun sayangnya dialog perdamaian dan referendum yang diadakan tidak membawa perubahan positif bagi etnonasionalis Chechnya-Ingushetia sehingga mereka kembali menggunakan cara kekerasan untuk memperjuangkan kemerdekaannya.  Rusia yang selalu menekan Chechnya-Ingushetia dengan cara kekerasan membuat etnis ini memilih berjuang dengan cara radikal.


BAB 3. KESIMPULAN


Adanya etnis Chechnya-Ingushetia tidak terlepas bentukan dari sejarah panjang dan proses sosial yang mereka alami. Adanya perang dengan Rusia membuat etnis Chechnya-Ingushetia melarikan diri ke Timur Tengah dan mengalami islamisasi, sehingga Islam kemudian menjadi identitas etnis mereka. Para elite dari etnis Chechnya-Ingushetia lalu menggunakan identitas etnis ataupun atribut etnisitas tersebut untuk melakukan mobilisasi politik. Selain itu adanya ketidakadilan dan tindakan represif dari Rusia membuat etnis ini memberontak dan mendirikan gerakan etnonasionalis. Bentuk perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia sebagian besar melalui cara kekerasan, namun mereka juga bersedia melakukan cara non-kekerasan namun tetap gagal mewujudkan kemerdekaannya. Perjuangan etnis Chechnya-Ingushetia tetap berlangsung hingga kini dan masih mengalami hambatan karena Rusia yang memiliki banyak kepentingan di wilayah Kaukasus Utara tetap tidak ingin melepas wilayah ini.   




DAFTAR PUSTAKA

Buku
Levinson, David. 1994.  Ethnic Relations A Cross Cultural Encyclopedia. California: ABC-CLIO, Inc

Internet

Iskandar. 2011. Etnis dan Suku Bangsa. Dari http://iskandarberkastasudra.blogspot.com/2011/11/etnis-suku-bangsa.html (diakses 6 April 2013 jam 21:56)

Wikipedia. 2013. Chechnya. Dari http://id.wikipedia.org/wiki/Chechnya (diakses 31 Mei 2013 jam 8:28)

--------------.2013. Sejarah Chechnya. Dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Chechnya&oldid=6700399 (Diakses 31 Mei 2013 jam 8:23)

--------------. 2013. Perang Chechnya I. http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Chechnya_I (Diakses 31 Mei 2013 jam 8:36)










[1] Wikipedia. 2013. Perang Chechnya I. dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Chechnya_I
[2] Ibid,.
[6] Levinson, David. 1994. Ethnic Relations: Encylopedia Accross Culture. California: ABC-CLIO, Inc. Hal 43-45
[7] Ibid,.
[10] Ibid,.

2 komentar:

  1. Мое свидетельство Всем привет. Я здесь, чтобы засвидетельствовать, как я получил ссуду от г-на Бенджамина Ли после того, как несколько раз обращался за помощью к различным кредиторам, которые обещали помочь, но так и не дали мне ссуду. Пока мой друг не представил меня г-ну Бенджамину Ли, он пообещал помочь мне, и он действительно сделал то, что обещал, без каких-либо задержек. Я никогда не думал, что есть еще надежные кредиторы, пока не встретил г-на Бенджамина Ли, который действительно помог с ссудой и изменил мою веру. Я не знаю, нужна ли вам настоящая и срочная ссуда. Не стесняйтесь обращаться к г-ну Бенджамину Ли через
    WhatsApp: + 1-989-394-3740
    Электронная почта: 247officedept@gmail.com.
    {ЖЕЛАЮ ВАМ ВСЕХ ЛУЧШИХ ДРУЗЕЙ}

    BalasHapus

Share on :