Rabu, 16 Mei 2012

NILAI-NILAI RELIGIUS, PENDIDIKAN, DAN UNIVERSAL DALAM PEMBANGUNAN


Dalam suatu kelompok masyarakat, pastinya akan selalu terdapat nilai-nilai sosial yang dijadikan acuan atau pedoman dalam bertingkah laku oleh masyarakat yang menganutnya. Nilai-nilai sosial yang ada tersebut dapat bersumber dari adat istiadat dan budaya masyararakat, ajaran agama, bahkan politik.
             Nilai-nilai sosial itu tidak hanya mempengaruhi penilaian orang terhadap baik-buruknya sesuatu, benar atau salah, bagus atau tidaknya suatu hal atau perbuatan, namun juga dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok masyarakat dalam meningkatkan kesuksesannya (achievement).
            Nilai-nilai sosial yang dapat mempengaruhi kesuksesan individu atau kelompok dalam meraih kesuksesannya juga dapat menjadi acuan dalam melakukan kegiatan pembangunan antara lain adalah nilai religius (nilai agama), nilai pendidikan, dan nilai universal.
            Nilai religius atau nilai agama merupakan nilai-nilai yang berasal dari ajaran agama yang diwahyukan oleh Tuhan. Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia juga telah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan bangsa yang religius, yaitu melaksanakan segala kegiatannya berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.
            Di dalam agama Islam misalnya, menurut Nurcholish Madjid[1], ada beberapa nilai-nilai keagamaan dasar yang harus ditanamkan sejak dini, yaitu:
a.             iman, yaitu  sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan
b.            Islam, yaitu sikap pasrah dan taat terhadap aturan Allah
c.       Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam - dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir bersama kita dimana saja berada sehingga kita senantiasa merasa terawasi
d.            Taqwa, yaitu sikap yang sadar bahwa Allah selalu mengawasi kita sehingga kita hanya berbuat sesuatu yang diridlai Allah dan senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridlai –Nya
e.             Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata – mata demi memperoleh ridla Allah
f.             Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan menolong dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik
g.             Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya
h.            Shabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis
         Dari nilai-nilai keagamaan yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa agama dapat mempengaruhi keadaan sosial, emosional, dan spiritual seseorang. Dalam hal sosial, terdapat sifat taqwa kepada Allah yaitu sikap menyadari bahwa Allah selalu melihat apa yang manusia lakukan sehingga muncul kesadaran sebagai seorang manusia haruslah selalu berbuat baik, tidak hanya pada diri sendiri juga kepada orang lain. Dalam hal emosional, seseorang yang memegang teguh ajaran agamanya akan senantiasa menjadi orang yang sabar dalam menghadapi segala cobaan hidupnya, tidak mudah terpancing emosi dan berusaha menyelesaikan masalah dengan tenang. Berikutnya, dalam hal spiritual, seseorang yang religius akan senantiasa muncul sifat-sifat seperti selalu ingat pada Allah, selalu bersyukur, bertawakal, ikhlas, sabar, jujur, dan lain sebagainya.
         Berikutnya, salah satu nilai yang menunjang terlaksananya kegiatan pembangunan adalah pendidikan. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting karena pendidikan dapat membentuk karakter suatu bangsa menjadi lebih beradab, juga tentunya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang ada hingga menjadi lebih berpengetahuan dan terampil dalam menyelesaikan masalah, dan akan mendorong terjadinya suatu kemajuan.
         Terdapat dua jenis pendidikan, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang ditempuh dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dan terdiri dari berbagai jenjang, mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan yang tidak ditempuh melalui sekolah, namun bisa berasal dari belajar secara otodidak, mengikuti kursus, pelatihan, ataupun seminar. Pendidikan informal ini sangat berguna dalam meningkatkan softskill seseorang. 
         Berikutnya adalah nilai universal. Nilai universal merupakan nilai yang menganggap bahwa terdapat kesetaraan di antara semua manusia. Semua manusiapada dasarnya adalah sama, tanpa perlu memandang perbedaan-perbedaan, seperti agama, ras, suku, bangsa, ideologi, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, gender, dan lain sebagainya. Karena itulah nilai universal menginginkan adanya kesetaraan dalam pembangunan, yaitu terwujudnya suatu pemerataan hasil yang diperoleh dari suatu program pembangunan itu, sehingga nantinya tidak terjadi suatu kesenjangan sosial antara kaya dan miskin, ataupun kesenjangan yang terjadi antara pusat dan daerah. 


[1] Mazguru. 2009. Internalisasi Nilai-Nilai Keagamaan untuk Membentuk Kepribadian Muslim. http://mazguru.wordpress.com diakses tanggal 30 April 2012 jam 13:21

1 komentar:

  1. Saya sependapat dengan apa yang dipaparkan pada uraian di atas, karena pengetahuan yang telah ada memang menguraikan tentang nilai agama itu seperti hal di atas. Adapun pembaca lain menghendaki untuk mengembangkan, saya kira harus ijin dahulu kepada penulis yang pertama.

    BalasHapus

Share on :